DOHA - Menteri
Pertahanan Qatar, Khaled al-Attiyah menyatakan pihaknya siap
mengerahkan semua yang mereka memiliki untuk membela diri, jika memang
hal itu diperlukan. Namun, dia berharap perselisihan antara Qatar dan
negara Teluk dapat diselesaikan melalui jalur dialog.
"Saya harap kita tidak mencapai tahap intervensi militer, tapi kita selalu waspada. Kami siap untuk membela negara kita," kata Attiyah dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Alaraby pada Selasa (4/7).
Dia kemudian memperingatkan bahwa Qatar secara historis membuktikan bahwa negara tersebut bukanlah negara yang mudah untuk dikalahkan.
Attiyah di kesempatan yang sama juga mengatakan, blok negara-negara Teluk yang dipimpin oleh Arab Saudi sedang berusaha untuk mencari perubahan rezim di Qatar. Saudi cs menurut Attiyah berusaha memancing kudeta di Qatar.
"Pada tahun 1996, terjadi usaha kudeta yang kejam, dan pada tahun 2014 terjadi usaha kudeta yang lunak, dan pada tahun 2017 ada usaha kudeta yang lunak," ucapnya.
Ketegangan antara Qatar dan negara Teluk sendiri masih jauh dari kata usai. Ini disebabkan oleh sikap Qatar yang menolak untuk memenuhi 13 tuntutan yang disampaikan oleh Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Mesir.
Beberapa tuntutan itu antara lain, Qatar harus memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, menutup pangkalan militer Turki di Doha, berhenti mendanai tokoh dan organisasi yang dinyatakan sebagai teroris.
Saudi cs sendiri baru saja mengumumkan perpanjangan tenggat waktu kepada Qatar untuk memenuhi tuntutan tersebut. Saudi memberikan waktu 48 jam tambahan kepada Qatar, yang terhitung sejak Senin dihari, untuk memberikan respon atas tuntutan tersebut.
"Saya harap kita tidak mencapai tahap intervensi militer, tapi kita selalu waspada. Kami siap untuk membela negara kita," kata Attiyah dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Alaraby pada Selasa (4/7).
Dia kemudian memperingatkan bahwa Qatar secara historis membuktikan bahwa negara tersebut bukanlah negara yang mudah untuk dikalahkan.
Attiyah di kesempatan yang sama juga mengatakan, blok negara-negara Teluk yang dipimpin oleh Arab Saudi sedang berusaha untuk mencari perubahan rezim di Qatar. Saudi cs menurut Attiyah berusaha memancing kudeta di Qatar.
"Pada tahun 1996, terjadi usaha kudeta yang kejam, dan pada tahun 2014 terjadi usaha kudeta yang lunak, dan pada tahun 2017 ada usaha kudeta yang lunak," ucapnya.
Ketegangan antara Qatar dan negara Teluk sendiri masih jauh dari kata usai. Ini disebabkan oleh sikap Qatar yang menolak untuk memenuhi 13 tuntutan yang disampaikan oleh Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Mesir.
Beberapa tuntutan itu antara lain, Qatar harus memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, menutup pangkalan militer Turki di Doha, berhenti mendanai tokoh dan organisasi yang dinyatakan sebagai teroris.
Saudi cs sendiri baru saja mengumumkan perpanjangan tenggat waktu kepada Qatar untuk memenuhi tuntutan tersebut. Saudi memberikan waktu 48 jam tambahan kepada Qatar, yang terhitung sejak Senin dihari, untuk memberikan respon atas tuntutan tersebut.
Credit sindonews.com