Tampilkan postingan dengan label KESEHATAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KESEHATAN. Tampilkan semua postingan

Kamis, 04 Februari 2016

Warsito Gembira Riset Antikanker Bisa Dilanjutkan


Teknologi antikanker Warsito dinilai masih butuh kajian

Warsito Gembira Riset Antikanker Bisa Dilanjutkan
 (VIVA.co.id/Mitra Angelia)
CB - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) membentuk konsorsium untuk uji pra klinik, atas teknologi antikanker yang dikembangkan Warsito P Taruno. Menanggapi hal itu, Warsito pun menyatakan bisa bernapas lega.

Diketahui, Warsito telah mem-PHK 70 persen pegawai klinik riset setelah dua bulan status kliniknya “digantung”.
"Pertama mengenai riset, kami menyambut gembira, karena riset ini bisa dilanjutkan, difasilitasi oleh Kemenristekdikti dan Kemenkes,” ujar Warsito di Gedung Kemenkes, Jakarta Selatan, Rabu 3 Februari 2016.

Warsito menyatakan, teknologi Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) untuk diagnosa kanker dan Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) untuk terapi kanker, yang ia ciptakan merupakan yang pertama di Indonesia.

“Saya kira itu sulit bisa dicapai (riset kanker temuannya), tetapi itu bisa lahir di Indonesia, Saya kira itu bisa memberikan motivasi untuk anak-anak Indonesia lain,” Warsito menambahkan.

Warsito juga mengatakan bahwa klinik terapi kankernya sudah tidak lagi menerima pasien baru sejak dinyatakan dievaluasi oleh Kemenkes dan Kemenristekdikti, sejak 2 Desember 2015. Dampaknya, klinik riset kanker itu secara berangsur tak menerima pasien terapi kanker. Warsito mengatakan, untuk pasien lama, sejak 27 Januari 2016 sudah dihentikan terapinya.

Terkait kelanjutan pasien lama yang sebelumnya menjalani terapi di klinik tersebut, Warsito mengatakan bakal difasilitasi oleh Kemenkes.

Meski kini Kemenkes dan Kemenristekdikti siap menguji alat teknologi antikanker ciptaannya itu, Warsito menegaskan, ia bersama rekan-rekannya akan tetap melanjutkan riset dan terus mengembangkan teknologi baru.
Diberitakan sebelumnya, setelah evaluasi selama dua bulan, Kemenkes dan Kemenristekdikti menyatakan masih dibutuhkan kajian.
“Hasil evaluasi tim review yang terdiri atas Kemenkes, Kemenristekdikti, LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), KPKN (Komite Penanggulangan Kanker Nasional), menunjukkan bahwa ECCT belum bisa disimpulkan keamanan dan manfaatnya,” ujar pelaksana tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Tritarayati, di Gedung Kemenkes, Jakarta Selatan, Rabu 3 Februari 2016.

Maka selanjutnya, ia meneruskan, penelitian terhadap ECCT akan dilanjutkan sesuai dengan kaidah pengembangan alat kesehatan sesuai standar. Ia menjelaskan, akan dikembangkan melalui pipeline (pipa saluran) pengembangan alat ECCT per jenis kanker, mulai dari pra-klinik sampai dengan klinik, yang sesuai dengan cara uji klinik yang baik (good clinical practice).




Credit  VIVA.co.id


Selasa, 02 Februari 2016

WHO Menyatakan Darurat Kesehatan Internasional akibat Virus Zika


 
BBC Presiden Brasil, Dilma Rousseff, telah menyeru kepada para pemimpin negara Amerika Latin untuk bersatu dalam memerangi virus Zika.

GENEVA, CB — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, lonjakan jumlah bayi cacat yang lahir di Amerika Selatan "diduga kuat" disebabkan oleh virus Zika. Oleh karena itu, Badan Kesehatan PBB ini menyatakan darurat kesehatan internasional.

WHO menyatakan, lonjakan dalam kasus microchepaly, sebuah kondisi buruk ketika bayi dilahirkan dengan otak dan kepala kecil, kemungkinan disebabkan virus Zika yang ditularkan melalui nyamuk dan menyatakan situasi darurat kesehatan publik internasional.

WHO mendapat tekanan untuk segera mengatasi Zika setelah sebelumnya mengakui telat merespons terhadap virus Ebola yang menjangkiti sebagian wilayah Afrika Barat.

Kepala WHO Margaret Chan mengatakan, sebuah pertemuan para ahli kesehatan yang membentuk komite kedaruratan setuju bahwa ada hubungan sebab akibat antara infeksi Zika selama kehamilan dengan microcephaly, kendati secara ilmiah tidak terbukti.

"Microcephaly dan komplikasi neurologis lainnya merupakan suatu peristiwa luar biasa dan ancaman kesehatan masyarakat untuk bagian lain dari dunia," katanya.

WHO memperingatkan minggu lalu bahwa virus Zika menyebar cepat di Amerika dan menyebutkan bahwa di kawasan itu, kasus Zika sudah mencapai 4 juta untuk tahun ini.

Selama beberapa dekade setelah virus Zika ditemukan di Uganda pada 1947, virus Zika kurang diperhatikan dan secara sporadis menyebabkan penyakit ringan pada manusia.

Namun, kendati gejala virus Zika sampai sekarang tampak jinak, indikasi meningkat hubungan antara microcephaly dan gangguan saraf langka memicu kewaspadaan.





Credit  KOMPAS.com




Senin, 01 Februari 2016

615 Pati dan Pamen TNI Ikuti Uji Ketangkasan Militer di Karang Pilang


615 Pati dan Pamen TNI Ikuti Uji Ketangkasan Militer di Karang Pilang
TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI
Uji Ketangkasan Militer sebagai rangkaian kegiatan Apel Komandan Satuan (AKS) TNI tahun 2016 di Bumi Sarang Petarung Marinir, Karang Pilang Surabaya, Jawa Timur, Rabu (27/1/2016). TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI 
 
CB, SURABAYA -  Sebanyak 615 Perwira Tinggi (Pati) dan Perwira Menengah (Pamen) TNI AD, TNI AL dan TNI AU peserta Apel Komandan Satuan (Dansat) TNI tahun 2016, mengikuti Uji Ketangkasan Militer sebagai rangkaian kegiatan Apel Komandan Satuan (AKS) TNI tahun 2016 di Bumi Sarang Petarung Marinir, Karang Pilang Surabaya, Jawa Timur, Rabu (27/1/2016). Lomba Ketangkasan Militer yang dilaksanakan di hari kedua pelaksanaan Apel Dansat TNI ini terbagi dalam 37 Tim, dimana masing-masing tim merupakan gabungan dari ketiga Angkatan.


Semua materi latihan ketangkasan militer yang dilombakan atau dipertandingkan ini, adalah untuk mengingatkan dan menyegarkan kembali dasar-dasar keprajuritan ketiga Angkatan, seperti melintasi/mengatasi medan yang sulit dengan teknik penyebrangan dengan melintasi titian tali satu dan dua, dayung, rayapan tali satu. Selain itu, juga melakukan lempar pisau/kapak, dan naik turun jaring.


Disamping itu juga, ada materi teknik dasar menembak senapan dan pistol serta kecepatan mendirikan tenda parasut. Lomba yang dikemas dalam bentuk Fun Game tetap mengacu dan berpedoman kepada dasar-dasar teknik kemiliteran dalam setiap materi lomba.


Terkait pelaksanaan AKS TNI yang baru pertama kali dilaksanakan, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menegaskan bahwa, TNI yang kuat, hebat dan professional itu diperlukan pemimpin-pemimpin yang handal. Pemimpin yang handal adalah pemimpin yang mampu memberikan contoh tauladan, yang mau bersama-sama dengan prajuritnya.


“Saya kumpulkan disini, kita mengadakan Apel Komandan Satuan dan mendengarkan pembekalan dari mantan Panglima TNI seperti Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno, Marsekal TNI (Purn) Djoko Suyanto, Jenderal TNI (Purn) Joko Santoso, dan Laksamana TNI (Purn) Agus Suhartono. Mereka adalah pendahulu-pendahulu kami, sehingga mereka melihat dari luar apa yang mereka beliau-beliau harapkan terhadap TNI kedepan,” kata Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. (*)





Credit  TRIBUNNEWS.COM







Jumat, 29 Januari 2016

Virus Zika Menyebar, WHO Bentuk Satgas Khusus


 
AP Photo/Felipe Dana Bayi Luzia asal Brasil menderita mikrosefali karena diduga terinfeksi virus ZIka yang ditularkan melalui nyamuk.
  CB - Organisasi Kesehatan Dunia WHO membentuk satuan tugas khusus Zika setelah terjadi "ledakan penyeberan virus tersebut".

Zika disebut-sebut terkait dengan ribuan bayi di Brasil yang lahir dengan ukuran otak lebih kecil dari bayi-bayi normal.

Dirjen WHO, Dr Margaret Chan, mengatakan ancaman Zika "telah berkembang dari tingkat menengah ke tingkat yang mengkhawatirkan" dan dampak dari virus ini "sangat serius".

Brasil pertama kali melaporkan kasus Zika pada Mei 2015.

Dalam sebagian besar kasus tidak ada gejala dan sulit untuk melakukan uji, namun WHO mengatakan diperkirakan 1,5 juta orang di negara tersebut terkena virus Zika.

Darurat global

Virus ini menyebar melalui nyamuk dan hingga Januari 2016 diketahui Zika telah menyebar ke 20 negara di kawasan Amerika Selatan.

Pada kurun waktu yang bersamaan terjadi peningkatan tajam bayi-bayi yang lahir dengan ukuran kepala yang jauh lebih kecil, yang dikenal sebagai microcephaly.

Dr Chan mengatakan kaitan antara Zika dan kelainan ini belum dikukuhkan tapi Zika "kuat diduga sebagai penyebab microcephaly".

Muncul rekomendasi agar para wanita di Amerika Latin untuk sementara menunda kehamilan.

Anggota satgas khusus akan menggelar pertemuan hari Senin (1/2/2016) dan akan diputuskan apakah Zika sudah masuk kategori darurat global.

WHO terakhir kali memberlakukan status darurat global ketika terjadi wabah Ebola di Afrika Barat yang menewaskan lebih dari 11.000 orang.





Credit  KOMPAS.com



Virus Zika Berpotensi Timbulkan Ledakan Pandemi


 
BBC Presiden Brasil, Dilma Rousseff, telah menyeru kepada para pemimpin negara Amerika Latin untuk bersatu dalam memerangi virus Zika. 
 
  CB - Beberapa ilmuwan Amerika Serikat mendesak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengambil langkah cepat untuk menangani virus Zika, yang mereka sebut berpotensi menyebabkan ledakan pandemik.

Dalam Journal of the American Medical Association, Daniel R Lucey dan Lawrence O Gostin menyeru kepada WHO agar belajar dari wabah Ebola dan membentuk komite darurat berisi pakar-pakar penyakit.

“Pembentukan komite itu akan mempercepat perhatian dunia, pendanaan, dan penelitian,” tulis Lucey dan Gostin

Kedua ilmuwan yang merupakan pakar penyakit menular itu mengklaim vaksin virus Zika siap diuji dalam dua tahun, namun kemungkinan diperlukan sepuluh tahun lagi sebelum diizinkan pemerintah beredar ke masyarakat.

Virus Zika dikaitkan dengan penyusutan otak pada bayi yang belum lahir sehingga menyebabkan kerusakan parah otak atau kematian. Zika telah menyebar ke lebih 20 negara dan menimbulkan kepanikan di Brasil, tempat ribuan orang terinfeksi.

Presiden Brasil, Dilma Rousseff, telah menyeru kepada para pemimpin negara Amerika Latin untuk bersatu dalam memerangi virus tersebut.

Riset dan analisa

Penelitian virus Zika, yang disebarkan nyamuk Aedes aegypti, kini dilakukan sekelompok ilmuwan University of Texas Medical Branch. Mereka tengah menganalisanya di beberapa laboratorium Kota Galveston, Texas, dengan penjagaan ketat polisi dan FBI.

“Jelas ini risiko yang sangat signifikan. Jika infeksi terjadi pada janin dan penyusutan otak berkembang, kami tidak punya kemampuan untuk mengubah dampak penyakit tersebut. Kadang kala penyakit tersebut menyababkan bayi yang baru lahir mengalami gangguan mental seumur hidup,” kata Professor Scott Weaver, direktur Institute for Human Infections and Immunity kepada BBC, di Galveston.

Virus Zika ditemukan pada monyet-monyet di Hutan Zika, Uganda, pada 1947. Kasus pertama yang dialami manusia terjadi di Nigeria pada 1954, namun tidak menimbukan ancaman besar terhadap manusia dan diabaikan oleh komunitas ilmuwan.

Akan tetapi, wabah yang terjadi di Pulau Yap, di Kepulauan Mikronesia, Pasifik, pada 2007, menarik perhatian para peneliti.

Menurut Profesor Weaver, virus tersebut ‘meledak’ dan menjangkiti sekitar dua juta orang di Karibia dan Amerika Latin.

Gejala-gejala ketika virus Zika menyerang serupa dengan demam berdarah, termasuk flu, radang mata, sakit pada persendian, dan titik-titik merah pada kulit.

Bahkan dalam beberapa kasus, virus itu bisa menimbulkan komplikasi, seperti sindrom Guillain-Barre, yang menyebabkan kelumpuhan saraf otak.





Credit  KOMPAS.com






Ilmuwan Perkirakan Butuh 10 Tahun Temukan Vaksin Virus Zika


 
AP Photo/Felipe Dana Solange Ferreira meletakkan bayinya yang menderita mikrosefali, Jose Wesley ke dalam ember di rumahnya di Brasil. Menurut Ferreira, Jose menikmati berada di dalam air.
 
CB - Para ilmuwan Amerika Serikat yang mengkaji virus Zika memperingatkan diperlukan waktu sepuluh tahun sebelum vaksin tersedia bagi masyarakat umum.
Virus ini dikaitkan dengan otak yang menyusut pada bayi yang belum lahir sehingga menyebabkan kerusakan parah otak atau kematian.
Zika telah menyebar ke lebih 20 negara dan menimbulkan kepanikan di Brasil di mana ribuan orang terinfeksi.
Saat ini tidak terdapat vaksin atau obat, sementara uji diagnosa sulit dilakukan.
Pencarian vaksin dipimpin para ilmuwan di University of Texas Medical Branch. Mereka telah mengunjungi Brasil untuk melakukan penelitian dan mengumpulkan sampel.
Sekarang mereka sedang melakukan analisis di laboratorium yang dijaga ketat di Galveston.
Namun, mereka memperingatkan meskipun vaksin dapat siap diuji dalam dua tahun, kemungkinan diperlukan sepuluh tahun lagi sebelum diizinkan pemerintah.
Berbicara kepada BBC dari gedung yang dijaga ketat polisi dan FBI, Profesor Scott Weaver, direktur Institute for Human Infections and Immunity, mengatakan ketakutan masyarakat terhadap virus ini memang berdasar.
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO sebelumnya memperkirakan virus Zika akan menyebar ke negara-negara Amerika selain Kanada dan Cile.
Wabah virus yang dibawa nyamuk Aedes aegypti ini menyebar dengan cepat di Brasil sejak Mei lalu. Namun, peneliti mengatakan ada kemungkinan cara penyebaran selain gigitan nyamuk.
Kepala WHO, Margaret Chan, dalam pertemuan di Jenewa mengatakan bahwa ledakan penyebaran Zika ke wilayah geografi yang baru, dengan kekebalan di kalangan masyarakat yang kecil, menimbulkan keprihatinan.
Bagaimanapun dia menegaskan 'kaitan sebab akibat antara infeksi virus Zika dengan kehamilan dan microcephaly masih belum dipastikan'.
Microcephaly merupakan kelahiran bayi yang tidak biasa dengan ukuran kepala yang lebih kecil. Di Brasil tercatat 3.893 kasus microcephaly sejak bulan Oktober, yang jauh lebih tinggi dari rata-rata microcephaly biasanya.
Pihak berwenang di beberapa negara di kawasan Amerika Latin -seperti Brasil, Kolombia, Ekuador, El Salvador, dan Jamaika- sudah menyarankan agar kaum perempuan menunda kehamilan sampai diketahui lebih banyak tentang virus tersebut.
Biasanya serangan oleh virus ini menimbulkan gejala ringan sehingga masih belum bisa dipastikan kenapa terjadi wabah yang serius di Brasil.
Para perempuan yang hamil juga diminta untuk mencegah perjalanan ke negara-negara yang menghadapi wabah Zika.



Credit  KOMPAS.com



Rabu, 27 Januari 2016

WHO: wabah Zika kemungkinan menyebar ke seluruh Amerika



Jenewa (CB) - Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan virus Zika, yang dibawa nyamuk dan diduga menjadi penyebab kerusakan otak bayi di Brasil, kemungkinan menyebar ke seluruh negara di Amerika kecuali Kanada dan Cile.

Belum ada laporan tentang virus Zika di Amerika Serikat, kata badan itu pada Senin, meskipun terdapat seorang perempuan, yang jatuh sakit karena virus itu di Brasil, melahirkan bayi dengan kerusakan otak di Hawai.

Kementerian Kesehatan Brasil pada November memastikan virus Zika menyebabkan cacat janin, yang dikenal dengan mikrosefali, yakni bayi dilahirkan dengan ukuran otak lebih kecil.

Brasil melaporkan 3.893 kejadian diduga mikrosefali, kata WHO, pada Jumat, dengan 30 kali lebih dari yang dilaporkan setiap tahun sejak 2010.

Penyakit itu menyebar dengan cepat hingga ke 21 negara dan wilayah di kawasan itu sejak Mei 2015 karena kurangnya kekebalan tubuh di antara warga dengan prevalensi nyamuk Aedes aegypti, yang membawa virus Zika, kata WHO dalam pernyataannya.

Bukti tentang jalan penularan lain masih terbatas.

"Zika telah diisolasi dalam air mani manusia dan satu kejadian yang memungkinkan penularan seksual orang-ke-orang. Bagaimanapun, lebih banyak bukti diperlukan untuk memastikan apakah hubungan seksual merupakan sarana penularan Zika," katanya.

WHO menuturkan bahwa pada saat ini tidak ada bukti Zika ditularkan ke bayi melalui ASI.

Badan itu menyarankan perempuan hamil, yang berencana bepergian ke daerah tempat Zika beredar, berkonsultasi ke penyedia layanan kesehatan sebelum bepergian dan kembali.

WHO mengatakan Zika dalam sejarahnya terjadi di beberapa bagian wilayah Afrika, Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik. Tapi itu biasanya penyakit ringan dan ada sedikit data ilmiah tentang penyakit itu, jadi belum jelas mengapa virus itu dapat menyebabkan mikrosefali di Brasil.

Direktur Jenderal WHO Margaret Chan mengatakan kepada dewan eksekutif WHO bahwa dia telah meminta kepala WHO di Amerika, Carissa Etienne untuk mengadakan pertemuan dewan akhir pekan ini untuk menanggapi wabah itu.

"Meskipun tidak ada hubungan sebab akibat antara infeksi Zika dalam kehamilan dan mikrosefali, namun saya harus menekankan, belum dipastikan, bukti masih dugaan dan sangat mengkhawatirkan," kata Chan.

"Peningkatan gejala neurologis terjadi di beberapa negara bertepatan dengan kedatangan virus, menambah kekhawatiran," katanya, seperti dilaporkan Reuters.

Credit  ANTARA News

Jumat, 15 Januari 2016

3 Bakteri yang Berfungsi Jadi Senjata Biologis


CB, Jakarta Senjata nuklir yang masih dikembangkan hingga sekarang bisa dibilang senjata paling mengerikan dan mematikan. Namun sebenarnya terdapat potensi senjata yang masih lebih mengerikan dan mematikan dari senjata nuklir, yakni senjata biologis.
Baca Juga

Yang lebih mengerikan lagi adalah ada beberapa bakteri yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai senjata biologis seperti bakteri berikut.
Borrelia Burgdorferi
Borrelia burgdorferi adalah bakteri yang menyebabkan penyakit Lyme yang biasanya ditularkan melalui gigitan kutu. Salah satu ciri utama dari manusia yang tertular penyakit ini adalah munculnya ruam di tubuh mereka, selain gejala seperti demam dan flu.
Yang membuat penyakit ini berbahaya adalah dalam fase lanjut, penyakit ini dikatakan oleh listverse.com, ditulis Jumat (15/01/2016) dapat menyebabkan kelumpuhan, gangguan saraf, dan peradangan pada otak manusia. Pada beberapa kasus, penyakit ini juga dapat mengakibatkan gagal jantung.
Coxiella Burnetii
Coxiella burnetii adalah bakteri berukuran sangat kecil yang biasa ditemukan di hewan ternak. Bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui produk-produk peternakan yang tidak diproses dengan benar. Bakteri ini sangat mungkin mengakibatkan penyakit kronis seperti hepatitis dan radang paru-paru.
Gejalanya berupa demam, kedinginan, dan diare dan baru muncul beberapa tahun setelah bakteri tersebut masuk ke tubuh manusia.
Rickettsia
Bakteri ini adalah bakteri yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia termasuk penyakit rickettsia dan tipus. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan kutu dan mengakibatkan gejala seperti demam, mual, dan muntah diikuti dengan munculnya ruam.
Gejala yang umum inilah yang kemudian sering menyebabkan kesalahan pada diagnosis. Padahal jika tidak ditangani dengan segera, bakteri ini dapat menyebabkan komplikasi yang dapat berujung pada kematian orang yang terinfeksi.


Credit  Liputan6.com

Selain Sianida, Ini 4 Racun Mematikan yang Ada di Sekitar Kita



Jakarta Baru-baru ini, seorang perempuan bernama Wayan Mirna Salihin dikabarkan meninggal dunia usai meminum kopi yang mengandung sianida. Sampai saat ini, kasus kematian perempuan yang baru saja menikah itu masih dalam proses penyelidikan Tim Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.

Tentu saja, sianida bukan zat murni yang terkandung dalam kopi. Sianida merupakan senyawa kimia dari kelompok siano yang berbahaya bagi tubuh manusia. Sianida dapat membunuh manusia dengan mencegah sel-sel darah merah menyerap oksigen. Hal itu menyebabkan manusia mengalami apa yang disebut sesak nafas.
Akan tetapi, tahukan Anda jika banyak zat-zat beracun di sekitar kita yang apa bila masuk ke dalam sel tubuh  yang dampak mematikan. Berikut zat-zat kimia beracun yang perlu Anda waspadai selain sianida sebagaiman dilansir dari Science.org.au.
Arsenik
Arsenik juga terkenal mematikan apabila sebagai ion terutama jika bereaksi dengan kandungan sulfur dari enzim tertentu. Zat arsenik dapat mematikan dengan cara merusak sistem pencernaan orang tersebut sehingga menyebabkan kematian karena shock. Beberapa tokoh yang pernah keracunan arsenik adalah Napoleon Bonaparte dan Munir.
Strychnine
Salah satu dari bentuk racun yang lebih populer pada awal abad kedua puluh adalah Strychnine. Senyawa dalam strychnine dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan reaksi refleks berlebihan bahkan manusia bisa mati dalam waktu sepuluh sampai dua puluh menit.
Strychnine adalah senjata pembunuhan di novel Agatha Christie dan film-film serial detectif. Strychnine ini merupakan racun yang bertindak cepat, belum ada pengobatan yang efektif untuk menyelamatkan korban dari gangguan racun ini.
Tetrodoksin
Tetrodoksin merupakan racun yang tekandung di dalam ikan buntal. Dosis 1-2 gram tetrodoksin murni bisa mematikan dan diperkirakan efeknya melebihi sianida. Zat ini berbentuk heterosiklik kecil dan molekul organiknya dapat bekerja secara langsung di saluran elektrik natrium yang aktif di jaringan saraf. Karenanya orang yang keracunan zat ini kemungkinan besar akan mengalami kerusakan saraf yang hebat.
Botulisme
Botulisme merupakan senyawa dari bakteri Clostridium botulinum. Racun dari bakteri ini dikenal paling kuat sehingga dilarang penggunaannya sebagai senjata biologis dalam peperangan.
Infeksi racun ini menyebabkan kelumpuhan akut pada kedua sisi saraf tubuh (saraf karnial) dan saraf yang melakukan kontrol otomatis serta kesadaran dalam tubuh. Racun dari bakteri ini akan menyerang sistem saraf dan membuat seseorang meninggal dengan rasa sakit yang luar biasa.

Credit Citizen6.Liputan6.com

Kamis, 07 Januari 2016

September, Produk Sel Punca Pertama Indonesia Diuji pada Manusia


 
Shutterstock Ilustrasi sel punca
 

CB- Calon produk sel punca pertama Indonesia untuk terapi osteoartritis siap masuk tahap uji praklinis, yakni diterapkan pada hewan coba. Targetnya, produk diujicobakan pada manusia pertama kali pada September mendatang.

"Sel punca ialah masa depan kita bidang kesehatan," ucap Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir saat mengunjungi Stem Cell and Cancer Institute (SCI) milik PT Kalbe Farma, Rabu (6/1/2015), di Jakarta. Jika sel punca sebagai bahan obat diproduksi sendiri, ketergantungan Indonesia pada bahan baku obat impor berkurang sehingga terapi kian terjangkau masyarakat.

Acara itu dihadiri Ketua Dewan Riset Nasional Bambang Setiadi, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ratna Sitompul, pendiri Kalbe Boenjamin Setiawan, dan Presiden Direktur Kalbe Farma Irawati Setiady.

Sel punca (stem cell) ialah sel tubuh yang bisa memperbaiki kerusakan jaringan tubuh. Sel punca antara lain untuk terapi osteoartritis (kerusakan tulang rawan pada sendi), diabetes melitus, dan penyakit jantung.

Peneliti utama pada SCI, Indra Bachtiar, memaparkan, SCI bekerja sama dengan sejumlah lembaga dalam mengembangkan sel punca untuk terapi osteoartritis di laboratorium SCI. Sel punca itu siap diuji praklinis.

Karena merupakan sel punca allogeneic atau bukan dari tubuh pasien, sel punca yang dikembangkan diwajibkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk diuji praklinis dan klinis. Uji praklinis selama enam bulan itu akan dijalankan Institut Pertanian Bogor memakai tikus dan domba sebagai hewan coba.

Sel punca akan masuk tahap uji klinis atau uji coba pada manusia fase pertama September 2015. Itu bekerja sama dengan 11 rumah sakit nasional yang ditetapkan Kementerian Kesehatan untuk melayani terapi sel punca, termasuk Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo.

Di sejumlah negara, terapi sel punca membantu penebalan tulang rawan lutut. Meski tak ada efek samping, terapi bisa tak berdampak. Padahal, harga sel punca di luar negeri Rp 3 per sel. Terapi osteoartritis, misalnya, butuh 10 juta sel per lutut sehingga biaya mencapai Rp 30 juta.

Karena melibatkan banyak pihak, hasil riset ini milik nasional. "Produk sel punca pertama Indonesia bisa terdaftar di BPOM dan dikomersialkan pada 2019," kata Indra.


Credit KOMPAS.com


Rabu, 06 Januari 2016

Menteri Riset Ingin Sel Punca Sembuhkan Semua Penyakit di RI

Sel punca bakal berkembang dalam lima tahun ke depan.

Menteri Riset Ingin Sel Punca Sembuhkan Semua Penyakit di RI
Ilustrasi sel punca (Pixabay)
CB - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir kagum dengan perkembangan riset pengembangan teknologi stem cell atau sel punca. Diketahui manfaat sel punca dianggap sebagai 'pasukan dokter' mikroskopis yang dipercaya bisa menyembuhkan segala penyakit.

“Saya sebagai Menteri Riset Teknologi sangat surprise terhadap kemajuan teknologi yang ada di Indonesia, khususnya di bidang kesehatan, yaitu yang menyangkut stem cell and cancer, di mana Kalbe Farma punya suatu lembaga yang disebut Stem Cell and Cancer Institute (SCI),” ujar Nasir, saat berkunjung ke gedung SCI, Jakarta Timur, Rabu 6 Januari 2016.

Untuk itu, Nasir pun mengungkapkan harapannya agar pengembangan stem cell yang tengah dilakukan oleh PT Kalbe Farma dan 11 rumah sakit di Jakarta bisa maju pesat dalam lima tahun ke depan. Bahkan, Indonesia bisa menghasilkan stem cell yang kemudian diekspor ke belahan negara di dunia.

"Ini kalau dikembangkan terus menerus harapan saya adalah untuk penyakit yang ada di Indonesia, khususnya penyakit degeneratif. Harapan kami lima tahun ini, nanti stem cell berkembang pesat di Indonesia,” tutur Nasir.

Nasir mengatakan, sejauh ini pengembangan stem cell dicomot dari plasenta, lemak dan sumsum tulang belakang manusia. "Maka jangan gaduh orang-orang yang gemuk, itu menyimpan bahan baku stem cell,” ujar nasir disambut gelak tawa para wartawan.

Diketahui, sel punca merupakan sel pusat yang bisa membelah menjadi sel apa pun. Ketika sel punca membelah banyak, ia bisa berkembang pada sel darah, sel rambut, atau sel lainnya.

Dengan begitu, sel punca bisa menjadi sel yang beregenerasi dan dipercaya menjadi obat bagi tubuh yang mengalami kerusakan. Prosesnya, setelah sel punca dikembangkan dari material yang mengandung stem cell, kemudian ia disuntikkan pada tubuh yang membutuhkan pengobatan, sehingga lambat laun ia akan menggantikan sel yang rusak karena bertarung dengan penyakit di dalam tubuh.

Teknologi sel punca umum digunakan untuk penyakit degeneratif seperti diabetes, jantung stroke, dan lainnya.

Credit  VIVA.co.id

Mengenal Punca, Sel yang Bisa Tumbuh Gantikan Organ Rusak

Sel punca bisa menyembuhkan penyakit jantung, diabetes, hingga kanker.

Mengenal Punca, Sel yang Bisa Tumbuh Gantikan Organ Rusak
Peneliti sedang meneliti sel punca. (VIVA.co.id/Linda Hasibuan)
 
CB - Stem cell atau sel punca merupakan suatu terapi yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan di dunia kedokteran. Terapi stem cell merupakan suatu tindakan untuk mengganti sel yang rusak, hilang, atau kemampuannya berkurang dengan sel induk yang mempunyai kemampuan berubah menjadi sel yang diperlukan.

Sementara sel punca, sel induk, sel batang merupakan sel yang belum berdiferensiasi dan mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh. Selain membentuk jaringan atau organ yang lebih spesifik, fungsi stem cell sebagai sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak.

Saat stem cell terbelah, sel yang baru mempunyai potensi untuk tetap menjadi stem cell dengan fungsi yang lebih khusus, misalnya sel otot, sel darah merah, atau sel otak.

"Stem cell itu sudah ada sejak lahir dalam tubuh kita. Untuk itu, kami melakukan penelitian translational sel punca dan kanker yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik," ujar Direktur Stem Cell and Cancer Institute (SCI) Sandy Qlintang saat ditemui di kawasan Jakarta Timur, Rabu, 6 Januari 2016.

Dia menambahkan bahwa riset ini juga telah menemukan sumber baru sel punca mesenkimal, yaitu dari tali pusat. Hasil penelitian ini akan menjadi dasar upaya selanjutnya untuk melihat aspek klinis terapi penyakit kardiovaskuler.

Untuk penelitian kanker, SCI lebih fokus pada studi kanker paru dan payudara. Kendati demikian, ada beberapa kendala seperti penyediaan bahan penelitian serta ketergantungan terhadap bahan baku yang masih impor dari luar negeri.

Beberapa penyakit yang dapat disembuhkan dengan terapi ini, seperti jantung, diabetes melitus, dan penyakit pada tulang.


Credit  VIVA.co.id

Senin, 04 Januari 2016

Dosen ITS kembangkan bahan alam untuk diabetes


Surabaya (CB) - Dosen Jurusan Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Sri Fatmawati SSi MSc PhD, meraih penghargaan internasional Early Chemist Award, karena mengembangkan penggunaan ekstrak bahan alam dari berbagai tumbuhan untuk bahan obat diabetes.

"Gelar yang diserahkan dalam ajang The International Chemical Congress of Pacific Basin Societies 2015, di Honolulu, Hawaii, 20 Desember 2015, itu merupakan apresiasi untuk kami," kata peneliti bidang kimia organik bahan alam itu, di Surabaya, Senin.

Early Chemist Award merupakan penghargaan bagi peneliti muda di bidang kimia dan ilmu spektroskopi. Penghargaan itu diberikan kepada 40 peneliti yang memiliki rekam jejak dan publikasi terbanyak yang diserahkan dalam kongres kimia.

Dalam kongres lima tahunan itu terdapat sekitar 8.000 makalah dari 71 negara se-Asia Pasifik yang terdaftar dalam kongres Kimia Pasifik Basin 2015. Selain Fatma, terdapat lima peneliti Indonesia lainnya yang meraih penghargaan serupa.

Di hadapan peserta kongres tersebut, Fatma yang juga menyandang gelar Perempuan Paling Menginspirasi dalam Penghargaan Kartini 2015 itu menyampaikan makalah mengenai penggunaan ekstrak bahan alam dari berbagai tumbuhan sebagai bahan obat diabetes.

"Kami mengisolasi senyawa aktif dari tanaman, kemudian ekstrak tersebut diteliti proses penghambatannya terhadap enzim yang menyebabkan kadar gula darah naik atau pemicu komplikasi penderita diabetes," katanya.

Sebagai langkah awal, perempuan asal Madura yang pernah meraih penghargaan L'Oreal Women in Science 2013 itu menyeleksi berbagai tanaman yang berpotensi sebagai obat diabetes di Indonesia.

"Kita ini negara kaya, hidup dengan potensi alam yang luar biasa. Saya mencoba memanfaatkan apa yang digunakan masyarakat sebagai obat dan ingin membuktikannya secara ilmiah," katanya.

Namun, penelitian yang dilakukan masih merupakan riset dasar, sehingga hasilnya masih perlu diteliti lebih lanjut sebelum dijadikan obat dan diproduksi secara massal.

"Riset kami belum sampai pada tahap klinis. Masih banyak tahapan lain yang harus dilalui sampai suatu senyawa disebut sebagai obat," kata peraih gelar PhD dari Universitas Kyushu, Jepang itu.

Ia mengaku senang bisa berpartisipasi dalam kongres kimia terbesar itu. Selain karena biaya akomodasi yang sudah disediakan, Fatma bisa berjumpa dengan para penerbit jurnal seperti Elsevier, para editor jurnal kimia papan atas, hingga peraih nobel kimia.

"Di situlah letak kebahagiaannya, saya bertemu dengan peneliti kelas dunia sehingga dapat memacu diri untuk lebih baik lagi, dan bisa memotivasi mahasiswa saya agar lebih baik dari saya," kata ibu dua anak itu.

Credit  ANTARA News

Selasa, 29 Desember 2015

Bio Farma-LIPI kembangkan Erythropoitin generasi kedua


Bandung (CB) - PT Bio Farma (Persero) bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonsia (LIPI) mengembangkan pembuatan erythropoetin (EPO) generasi kedua yang akan diluncurkan dalam beberapa tahun ke depan.

"Konsorsium ini kelanjutan dari konsorsium erythtropoetin sebagai bagian dari insentif riset dan sistem inovasi nasional. Produk ini akan berguna untuk pengobatan gagal ginjal, kemoterapi, dan juga anemia," kata Kepala LIPI, Prof Dr Iskandar Zulkarnain, di sela-ela penyerahan Research Cell Bank (RCB) kepada PT Bio Farma di Bandung, Senin.

Zulkarnain menyebutkan, pengembangan EPO yang itu juga bagian insentif riset sistem inobasi nasional Kementerian Ristek dan Dikti dan telah berlangsung sejak 2012.

Konsorsium EPO merupakan tindak lanjut dari konsorsium pada Forum Riset Vaksin Nasional (FRVN).

Kerjasama antara LIPI dengan PT Bio Farma ditandai dengan penyerahan research cell bank (RCB) EPO dari P2 Bioteknologi LIPI kepada PT Bio Farma yang nantinya akan mengembangkan menjadi produk.

Tahapan saat ini, proyek ini telah mendapat izin dari Balai POM, selanjutnya oleh Bio Farma akan dilakukan karakterisasi dan pengembangan berikutnya pda RCB sehingga siap diproduksi.

"Riset EPO ini telah berlangsung selama sepuluh tahun, butuh waktu empat tahun hingga ke uji klinis. Ini sebuah sejarah tersendiri bagi riset di Indonesia," kata Iskandar.

Sementara itu Direktur Utama PT Bio Farma, Iskandar, akan melanjutkan penelitian LIPI Biotek Cibinong itu, terutama untuk tahap karakterisasi dari RCB dan uji lain.

"Bio Farma akan meneruskan apa yang udah LIPI kerjakan, terutama untuk tahapan karakterisasi lanjutan agar clone dapat memenuhi aspek regulasi," katanya.

Selanjutnya, kata dia akan masuk pada fase pengembangan baik non cinical maupun clinical development.

"Mudah-mudahan dalam beberapa tahun mendatang sudah siap untuk dijadikan produk yang dapat membantu terapi pasien cuci carah, kemoterapi dan anemia," kata Iskandar.

Sementara itu peneliti P2 Bioteknologi LIPI, Dr Adi Santoso, menyebutkan EPO generasi kedua Darbepoetin Alfa memiliki beberapa keunggulan, antara lain waktu paruh yang lebih lama dari erythropoetin generasi pertama.

Darbepoetin menurut dia berfungsi untuk menstimulasi erythropoesis atau pembentukan sel darah merah dan digunakan untuk pengobatan anemia berat yang disebabkan gagal ginjal kronis dan kemoterapi.

"Pada penderita gagal ginjal, sel-sel yang menghasilkan erythropoetin tidak menghasilkan EPO dalam jumlah yang banyak, sedangkan para kemoterapi zat yang digunakan dalam kemoterapi akan menghalangi pematangan sel-sel darah merah yang baru," kata Santoso.

Ia menyebutkan EPO generasi kedua yang akan diproduksi itu memiliki keunggulan dengan lima elemen, sedangkan EPO generasi pertama hanya ada tiga elemen saja," katanya.

Sementara itu peneliti ahli pengembangan produk PT Bio Farma, Dr Neni Nurainy, menyatakan waktu paruh yang diperlukan sehingga kadar obat yang masuk dalam tubuh mencapai setengah dari jumlah yang diberikan.

Keunggulan dari darbepoetin, kata dia gugus gula yang lebih banyak dibandingkan EPO generasi pertama sehingga memiliki karekter waktu paruh dalam darah yang lebih lama.

"Dengan demikian frekuensi pemberian yang diberikan kepada pasien dapat ditekan, dari dua kali dalam seminggu menjadi cukup sekali dalam seminggu," kata Nurnainy.

Selain itu, ke depan produk EPO generasi kedua yang akan diproduksi PT Bio Farma dipastikan bisa mengurangi biaya pengobatan bagi para penderita gagal ginjal, kemoterapi maupun anemia.

Credit  ANTARA News

Kamis, 10 Desember 2015

Kontroversi Rompi Antikanker Warsito, Apakah Kaji Ulang Cukup?


 
Yunanto Wiji Utomo Sejumlah orang telah mencoba teknologi antikanker Warsito. Di kanan bawah, terpampang semboyan untuk menyemangati pasien, "Kesembuhan Diraih dengan Keyakinan"
 
  CB- Langkah Kementerian Kesehatan menghentikan sementara kegiatan pengobatan kanker di CTECH Labs Edwar Technology di Alam Sutera milik Dr Warsito P Taruno dinilai tepat. Namun, langkah mengkaji ulang selama satu bulan dinilai tak cukup untuk memberi bukti bahwa teknologi terapi kanker yang dikembangkan pusat riset itu aman.

"Review oleh Kemenkes tidak cukup. Review Kemenkes harus ke luar negeri juga," kata Danang Birowosuto, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Senior Research Fellow program CINTRA di Nanyang Technological University yang menekuni fisika medis.

CTECH Labs Edwar Technology mengembangkan 2 inovasi terkait kanker, yaitu Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) yang merupakan teknologi pemindaian 4D pertama di dunia serta Electrical Capacitive Cancer Theraphy (ECCT) yang berguna untuk membantu penyembuhan kanker. Wujudnya adalah rompi dan helm antikanker.

Riset lab itu mulai mengundang kontroversi setelah secara terbuka membuka layanan penyembuhan kanker. Ada 6.000 pasien yang telah menggunakan teknologi antikanker Warsito sekaligus menjadi obyek studi. Riset mengundang kontroversi sebab ECCT dianggap belum teruji dan membuat kondisi penderita kanker memburuk karena meninggalkan perawatan medis.

Minggu lalu, Kementerian Kesehatan melayangkan surat kepada pemerintah Kota Tangerang untuk menertibkan lab Warsito, menghentikan kegiatan risetnya. Beberapa hari kemudian, Badan Litbang Kemenkes dan Warsito bersepakat untuk melakukan review selama sebulan tentang kegiatan lab Warsito serta efektifitas pengobatannya.

Danang menilai, ada cara lain yang lebih tepat dan obyektif untuk mengkaji ulang dan melibat. "Tinggal meng-hire peneliti-peneliti Indonesia di luar sana yang mampu menilai kualitas riset," kata Danang saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/12/2015).

"Justifikasi hasil penelitian adalah internasional, tidak pernah lokal. Sebagai contoh, Jepang pada awalnya juga sangat kuat pada konten lokal. Biarpun mereka banyak menerima hadiah nobel belakangan ini, mereka pun mulai terbuka, karena mereka menyadari lingkup peer review itu internasional," imbuhnya.

Cara lain yang paling tepat untuk menguji hasil penelitian adalah memublikasikannya di jurnal ilmiah. Danang mengatakan, Warsito telah membuat inovasi berdampak saat mengembangkan Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT). Publikasinya telah terbit di sejumlah jurnal dan disitasi banyak ilmuwan.

Langkah yang sama seharusnya juga bisa dilakukan dalam pengembangan Electrical Capacitive Cancer Therapy (ECCT) yang menjadi dasar pengembangan rompi dan helm untuk terapi kanker. "Beliau (Warsito) terkenal untuk inovasi ECVT-nya. Kenapa untuk ECCT beliau tidak mau go internasional?"

Riset efektifitas ECCT telah dilakukan, diantaranya oleh peneliti lulusan Tokyo University Firman Alamsyah dan Sahudi Salim dari Universitas Airlangga. Meski hasil penelitian itu dipaparkan di sejumlah forum, tak satu pun diterbitkan di jurnal ilmiah.

Kepala Riset dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Budi Wiweko, menilai bahwa langkah Kemenkes mengirimkan surat sudah tepat. Menurutnya, hal itu dilakukan untuk menjamin hak setiap pasien untuk mendapatkan pengobatan yang aman.

Wiweko mengatakan bahwa dirinya mendukung penuh riset dan inovasi dalam bidang kedokteran. Namun menurutnya, riset dan inovasi harus dilakukan dengan cara yang benar dan beretika. "Ini bukan mempersulit tetapi menjamin keamanan," katanya.

Untuk sampai pada tahap mengujicobakan terapi tertentu pada manusia seperti yang dilakukan Warsito, hasil uji secara jaringan (in vitro) dan tubuh (in vivo) pada fase hewan harus disetujui terlebih dahulu oleh komite riset kedokteran. Riset juga mesti melibatkan berbagai pihak untuk menjamin obyektivitas.

Riset dengan cara yang tepat justru pada akhirnya malah berpotensi menghantarkan teknologi ECCT menjadi terapi kanker yang ampuh. "Kalau tidak teruji ilmiah malah akan hanya menjadi pengobatan alternatif," kata Wiweko.

Credit  KOMPAS.com

Rabu, 02 Desember 2015

Ilmuwan: Obat Diabetes Bikin Manusia Hidup Hingga 120 Tahun

Ini merupakan penemuan revolusioner yang belum pernah terjadi.

Ilmuwan: Obat Diabetes Bikin Manusia Hidup Hingga 120 Tahun
Ilustrasi obat
 
 CB- Beberapa ilmuwan percaya jika obat diabetes, metformin, bisa menjadi jawaban dari rahasia panjang umur. Mereka pun memutuskan untuk mulai melakukan uji coba terhadap obat tersebut tahun depan.

Metformin dianggap ilmuwan sebagai obat anti-penuaan. Mereka percaya jika obat itu bisa membuat manusia terlambat mengalami penuaan. Bahkan, hidup manusia bisa berlangsung sampai usia 120 tahun.

Kedengarannya memang mirip cerita sains fiksi. Namun, peneliti mengklaim telah membuktikan hal itu. Mereka telah lebih dulu mengadakan uji coba metformin untuk memperpanjang hidup hewan.
Bahkan, Food and Drug Administration (FDA) di Amerika telah memberikan izin bagi para ilmuwan untuk mengadakan uji coba terhadap manusia. Mereka berharap bisa melihat efek yang sama pada manusia.

"Jika sukses, ini artinya, seseorang dengan usia 70 tahun akan memiliki kondisi biologis yang sehat seperti usia 50 tahun. Dokter tidak perlu lagi khawatir dengan kondisi pasien untuk melawan kanker, diabetes atau dementia. Cukup rawat mereka dengan mekanisme anti-penuaan," ujar Prof. Gordon Lithgow dari Buck Institute for Research on Ageing di California, seperti dikutip dari Telegraph, Rabu, 2 Desember 2015.

Menurut dia, ini merupakan penemuan revolusioner yang belum pernah terjadi. Dia menjelaskan, jika perawatan ditargetkan untuk memperlambat penuaan, penyakit yang diderita saat usia tua pun akan muncul terlambat.

Penuaan memang hal yang tidak bisa dihindarkan dalam hidup, karena semua manusia memiliki sel DNA yang bisa menjaga tubuh berfungsi dengan benar. Namun, jika masalah sel semakin meningkat, tubuh tidak lagi bisa memperbaiki kerusakan.
Oleh karena itu, peneliti berpikir, kandidat terbaik untuk melawan penuaan adalah metformin.

Metformin memang merupakan obat diabetes yang bisa didapat dengan harga murah. Obat ini dianggap mampu meningkatkan sejumlah molekul oksigen yang dikeluarkan ke dalam sel, dan memperkuat ketahanan sel serta berakibat pada umur yang panjang.

Peneliti Belgia pernah menguji coba metformin pada cacing. Hasilnya, tidak hanya terlihat tampak muda, cacing itu juga lebih sehat, dan tidak memiliki kerutan. Dalam uji coba terhadap tikus, metformin terbukti meningkatkan daya tahan hidup sampai 40 persen dan tulang tikus terkesan lebih kuat.

Tahun lalu, Cardiff University pernah membuat uji coba terhadap pasien diabetes yang diberikan metformin. Terbukti pasien-pasien itu hidup lebih lama ketimbang pasien diabetes lain yang tanpa metformin. Namun, pasien itu bisa saja mati delapan tahun lebih dulu ketimbang usia rata-rata manusia.

Uji coba klinis terhadap manusia untuk penelitian anti-penuaan dengan metformin ini akan dilakukan di Amerika tahun depan. Ilmuwan mulai mengumpulkan pendanaan dan 3.000 relawan berusia 70 sampai 80 tahun.
Para responden itu adalah mereka yang memiliki atau berpotensi terkena kanker, jantung, dan dementia. Peneliti berharap metformin bisa memperlambat proses penuaan, bahkan menghentikan penyakit.

"Jika berhasil, ini akan menjadi penemuan medis paling penting di era modern, kemampuan untuk memperlambat penuaan manusia," ujar Lithgow.





Kenapa Kemenkes Stop Riset Teknologi ECVT dan ECCT Warsito?


Kenapa Kemenkes Stop Riset Teknologi ECVT dan ECCT Warsito?

Penderita kanker otak, Willy setelah menggunakan alat terapi Warsito.
 
CB, Jakarta - Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan mengeluarkan surat kepada PT Edward Technology untuk tidak melakukan pelayanan Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) atau alat pemindai listrik dan Electro-Capacitative Cancer Therapy (ECCT) atau alat pembunuh sel kanker. Kedua teknologi itu dikembangkan oleh Warsito Purwo Taruno.

"Hal ini dikarenakan teknologi yang kami temukan dianggap belum mempunyai bukti ilmiah yang kuat untuk bisa digunakan sebagai alat diagnosis dan terapi kanker," kata Direktur PT Edwar Teknologi Fauzan Zidni dalam rilis tertulisnya, Selasa, 1 Desember 2015.

Menurut Fauzan pengembangan teknologi ini memang masih dianggap kontroversial di dunia medis. Hal ini karena alat ECVT dan ECCT menggunakan gelombang pinggiran (fringing effect method). Pada pengembangan teknologi, umumnya hanya memakai gelombang utama. Padahal gelombang pinggiran justru memiliki manfaat berkat pemanfaat algoritma soft-computing jaringan sarat tiruan.

Sebagai jalan tengah pada tahun 2012 PT Edward Technology menandatangani nota kesepahaman dengan Balitbangkes. Nota ini untuk melanjutkan kegiatan penelitian ECVT untuk pencitraan medis, dan penelitian pemanfaatan ECCT untuk terapi kanker.

Namun, perjanjian kerja sama hingga saat ini masih belum diberikan kepastian. Dengan anggaran pribadi penelitian ini tetap dilanjutkan. Penelitian untuk membuktikan ECCT dan ECVT dengan instansi penelitian lain yang memiliki kredibilitas tinggi.

Meski disebut bahwa teknologi yang digunakan belum memiliki bukti ilmiah, sebenarnya sudah ada penelitian yang membuktikan hal ini. Disertasi Dr. dr. Sahudi Salim, SpB(K)KL, di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) pada tahun 2015 menemukan mekanisme kematian sel ketika dipaparkan ECCT dan menyatakan alat ini berdasarkan bukti medis terbukti secara ilmiah bisa membunuh sel kanker.

Penelitian dari Firman Alamsyah, Ph.D biomedik lulusan Unuversity of Tokyo, beserta tim Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor (PSPP IPB) juga menunjukkan bahwa terapi ECCT efektif dalam mengurangi tingkat proliferasi sel kanker payudara dalam pengaturan kultur, dengan potensi yang sama dalam tumor payudara padat dalam model hewan.

Penelitian ini telah memperoleh penghargaan B.J. Habibie Technology Award 2015 dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kamis 20 Agustus 2015. Doktor lulusan Teknik Elektro Shizouka University Jepang sekaligus Direktur Edward Technology Warsito Purwo Taruno yang menemukan ECVT dan ECCT dinilai telah melahirkan inovasi sistem pemindai berbasis medan listrik statis yang diaplikasikan dalam dunia industri dan

Credit  TEMPO.CO

Kemenkes Stop Izin Riset Teknologi ECVT Warsito

Kemenkes Stop Izin Riset Teknologi ECVT Warsito

TEMPO/Dwianto Wibowo
 
CB, Jakarta - Direktur Edward Technology Warsito Purwo Taruno menyayangkan surat yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan yang meminta untuk menghentikan riset ECVT (Electrical Capacitance Volume Tomography), sistem pemindai berbasis medan listrik statis yang diaplikasikan di bidang industri dan medis. "Kami seperti anak yang diusir oleh bapak," kata Warsito saat dihubungi Tempo, Jakarta, Selasa, 1 November 2015.

Warsito mengatakan penelitian ini sebenarnya telah dilakukan sejak tahun 2003. Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan sepakat untuk memfaslitasi penelitian ini dengan mengeluarkan perjanjian kerja sama. Ini merupakan perjanian kerja sama yang mengatur lebih detail antara PT Edward Teknologi dan Pusat Penelitian di bawah koordinasi Baltibangkes.

Surat ini tak kunjung dikeluarkan. Dengan dana seadanya penelitian ini tetap berjalan. Pada tahun 2013 sebuah disertasi dikeluarkan oleh Universitas Airlangga yang membuktikan riset ini secara ilmiah.

Namun, surat yang dikeluarkan oleh kementerian kesehatan baru-baru ini justru menyatakan riset ini dianggap tidak dilakukan dengan prosedur yang ilmiah dan diminta untuk ditutup. "Kenapa nggak dilakukan sejak awal, sebelum penelitian ilmiah dilakukan," ujar Warsito.

Padahal penelitian ini telah memperoleh penghargaan B.J. Habibie Technology Award 2015 dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kamis 20 Agustus 2015. Doktor lulusan Teknik Elektro Shizouka University Jepang itu dinilai telah melahirkan inovasi ECVT, sehingga bisa dibuat dalam bentuk helm untuk kepala dan cup untuk payudara.

Hasil riset ini sudah dipesan oleh sekitar 10 ribu konsumen. Sebagian besar memang berasal dari Indonesia. Namun, sebanyak 2-3 persen pemesan berasal dari luar negeri.

Warsito mengatakan apa yang dilakukannya hanyalah sebuah riset untuk kepentingan masyarakat. Ia mengembalikan keputusan kepada pemerintah. Namun, ia menyayangkan apa yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan.

Menurut dia, secara tidak langsung menunjukkan pemerintah kurang mendukung teknik biomedik. Apalagi yang melakukan riset adalah generasi muda bangsa. "Mau disuruh kerja di mana? Itu kan anak-anak bangsa yang seharusnya diayomi pemerintah," kata dia.

Credit  TEMPO.CO

Jumat, 19 Juni 2015

Malaysia Telah Tujuh Kali Langgar Batas Wilayah Indonesia

Malaysia Telah Tujuh Kali Langgar Batas Wilayah Indonesia (Foto: SINDOphoto)
Malaysia Telah Tujuh Kali Langgar Batas Wilayah Indonesia (Foto: SINDOphoto)
JAKARTA  (CB) - Kapal dan pesawat Malaysia tercatat sudah tujuh kali menerobos wilayah Indonesia sejak awal tahun ini. Pemerintah Indonesia pun sudah memprotes tujuh kali. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menyatakan, penyebab kasus tersebut adalah batas wilayah Indonesia dan Malaysia masih belum ditetapkan dengan tegas.
Namun, protes yang disampaikan Pemerintah Indonesia tidak disampaikan dalam bentuk nota protes resmi. Juru Bicara Kemlu RI, Arrmanatha Nassir, mengakui pihaknya belum menyampaikan nota protes secara resmi kepada Malaysia, karena masih menunggu kelengkapan data.
“Untuk protes secara resmi, butuh informasi identifikasi pesawat, koordinat, dan waktu. Begitu kami terima informasi tersebut dari TNI atau Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), kami akan langsung mengirimkan nota protes diplomatik tersebut,” kata Arrmanatha.
“Hal ini menjadi permasalahan, sebab kami belum selesai merundingkan batas maritim Indonesia dengan Malaysia,” imbuh dia.
Indonesia sendiri, telah mengirimkan perwakilan khusus ke Malaysia untuk melakukan percepatan pembahasan batas maritim tersebut. Indonesia dan Malaysia berusaha menyelesaikan pembahasan batas maritim di lima titik, yakni di Laut Sulawesi, Laut China Selatan, Selat Singapura bagian Timur, Selat Malaka bagian Selatan dan Selat Malaka.



Credit  okezone





Kamis, 11 Juni 2015

Virus MERS Masih Menjadi Misteri


MERS juga ditemukan pada unta Afrika, tapi tidak menyebar pada manusia

Virus MERS Masih Menjadi Misteri
Turis mengenakan masker mencegah penularan MERS di Korsel. (REUTERS/Park Ji-hye)
 
  CB - Korea Selatan (Korsel) memobilisasi semua sumber daya, untuk mengatasi mewabahnya virus MERS. Tapi segala sesuatu tentang virus MERS, masih menjadi misteri karena kurangnya penelitian.

Dilansir dari laman Chosun Ilbo, Kamis, 11 Juni 2015, dua hal yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana virus MERS menular dari hewan ke manusia, serta bagaimana bisa menular dari manusia ke manusia.

Para ahli sebelumnya bersikeras bahwa virus MERS hanya menular dari hewan ke manusia, tapi tidak dari manusia ke manusia lainnya. Faktanya sudah 122 kasus MERS di Korsel, yang menyebar dari manusia ke manusia.

Otoritas kesehatan Korsel, Minggu, 7 Juni lalu, mengatakan hasil analisa sampel virus dari pasien kedua, memperlihatkan adanya 99,82 persen kesamaan, dengan virus MERS di Timur Tengah.

"Kami menyelesaikan analisa 30.000 DNA virus, membaginya dengan komunitas virologis di Korsel dan luar negeri, termasuk Amerika Serikat (AS)," kata Lee Joo-shil dari Institut Kesehatan Nasional.

Lee mengatakan hasilnya virus MERS di Korsel memiliki 99,55 persen kesamaan, dengan sampel standar kasus MERS pertama, yang ditemukan pada 2013 di Arab Saudi. Artinya virus itu tidak bermutasi di Korsel.

Jurnal Sains, Nature, pada Selasa, 9 Juni, mengutip pernyataan seorang pakar, yang menyebut wabah MERS di Korsel akan menekan negara-negara Timur Tengah, untuk mengakselerasi penelitian.


 Peter Ben Embarek, yang memimpin komite darurat MERS WHO, mengatakan MERS yang pertama kali mewabah di Saudi, dikaitkan dengan takhyul dan itu dianggap sangat tidak membantu penyelidikan.

"Saudi cenderung menghindar, untuk mendiskusikan apa yang mereka anggap masalah pribadi," kata Peter. Pakar dari Inggris, David Heymann, mengatakan kasus pertama MERS ditularkan dari unta pada manusia.

Dibutuhkan penyelidikan, bagaimana unta dapat menularkan virus pada manusia, karena ada lebih banyak unta di Afrika daripada di Timur Tengah. Virus MERS pun ditemui pada unta-unta di Afrika.

Tapi MERS pada unta di Afrika, tidak menular pada manusia seperti yang terjadi di Arab Saudi. Ada beberapa penyakit mematikan yang bermula di negara-negara Afrika yang miskin, seperti epidemi ebola pada 2014 lalu.

Kemiskinan, sanitasi dan sistem kesehatan yang buruk, menjadi penjelasan yang masuk akal, mengapa penyakit begitu mudah menjadi epidemi di Afrika. Tapi MERS justru terjadi di negara kaya seperti Saudi.

Wakil Menteri Kesehatan Saudi, Ziad Memish, yang dikutip Al Jazeera, mengatakan penyelidikan virus MERS tidak dapat dilakukan, bukan karena keengganan, tapi karena virus MERS telah dipatenkan.

Hal serupa disampaikan Pusat Medis Erasmus di Rotterdam, Belanda, yang mengatakan tidak punya hak untuk mengembangkan vaksin, karena mereka harus membayar pada satu perusahaan Belanda yang memegang paten



Credit  VIVA.co.id






Kamis, 04 Juni 2015

Cegah Virus MERS Menyebar, 700 Sekolah Ditutup di Korsel


AP Virus MERS

SEOUL, CB - Ratusan sekolah di Korea Selatan ditutup Kamis (4/6/2015) saat para petugas negara itu berjuang untuk meredakan kepanikan yang meningkat terkait wabah virus MERS yang telah menginfeksi 35 orang, menewaskan dua orang dan menyebabkan ribuan orang lainnya membatalkan rencana perjalanan.

Lebih dari 700 sekolah, mulai dari TK hingga perguruan tinggi, telah menutup gerbangnya dalam menanggapi kekhawatiran publik atas apa yang telah menjadi wabah terbesar terkait Sindrom Pernapasan Timur Tengah (Middle East Respiratory Syndrome/MERS) di luar Arab Saudi. Lima kasus lagi dikonfirmasi pada Kamis sehingga jumlah kasus infeksi yang diketahui menjadi 35, kata kementerian kesehatan Korsel.

Kasus pertama, yang dilaporkan pada 20 Mei, adalah seorang pria 68 tahun yang didiagnosis setelah melakukan perjalanan ke Arab Saudi. Sejak itu, lebih dari 1.300 orang yang mungkin telah terpapar langsung atau tidak langsung oleh virus itu telah ditempatkan di bawah berbagai tingkatan karantina. Beberapa orang diisolasi di fasilitas yang ditunjuk sementara banyak orang lainnya disarankan untuk tinggal di rumah.

Di Seoul, perhatian publik meningkat tercermin dalam peningkatan jumlah komuter yang memakai masker wajah di bus dan kereta bawah tanah.

Kecemasan pun telah menjalar ke luar negeri. Organisasi Pariwisata Korea atau KTO melaporkan pada Kamis bahwa sekitar 7.000 wisatawan, sebagian besar dari China dan Taiwan, telah membatalkan rencana perjalanan ke Korea Selatan. "Pembatalan skala besar seperti ini sangat tidak biasa ... dan banyak wisatawan yang mengutip pecahnya wabah MERS sebagai alasan utama," kata juru bicara KTO kepada AFP.

Pemerintahan Presiden Park Geun-Hye dan sejumlah pejabat kesehatan telah dikritik karena terlalu lambat memberikan respons awal terhadap wabah itu.  Dalam sebuah pertemuan darurat dengan para pejabat kesehatan pada Rabu, Park menyerukan "usaha maksimal" untuk mengekang penyebaran virus dan meredakan ketakutan publik.

MERS kini telah menginfeksi 1.161 orang di seluruh dunia, sejumlah 436 berujung dengan kematian. Lebih dari 20 negara telah terkena dampak wabah itu, dengan sebagian besar kasus di Arab Saudi.



 Credit  KOMPAS.com


Seberapa Menularkah MERS?


bbc.co.uk virus corona


CB Indonesia termasuk negara yang paling rentan terjangkit Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS). Penyakit yang pertama kali ditemukan di Arab Saudi pada tahun 2012 ini sejauh ini sudah menginfeksi 495 orang di 12 negara dan lebih dari 100 orang meninggal dunia.

MERS memang rentan menyebar di Indonesia mengingat sekitar 5.000 orang Indonesia pergi umrah ke Arab Saudi setiap hari. Jumlah itu diperkirakan naik signifikan pada musim libur sekolah dan Ramadhan.

MERS (Middle East respiratory syndrome) disebabkan oleh virus yang disebut korona virus, yang masih satu kelompok dengan virus SARS.

Gejala penyakit ini mirip dengan flu, yakni demam, batuk, dan sesak napas. Namun, virus ini akan menyerang hebat jika menginfeksi saluran pernapasan.

Meski penularan virus korona terjadi antarmanusia, menurut Health Protection Agency, penularannya sangat terbatas. Jika penularannya mudah, tentu jumlah kasusnya akan lebih besar lagi.

"Jika si A terinfeksi, ia bisa menularkan MERS kepada si B, tetapi si B tidak bisa dengan mudah menularkannya ke orang lain, misalnya ke C. Ini disebut juga dengan penularan tertiary," kata Dr Michael Osterholm dari Pusat Penelitian Penyakit Menular Universitas Minnesota.

Penularan bisa terjadi pada orang-orang yang berada dalam kontak dekat. Misalnya saja dari pasien ke petugas kesehatan. Inkubasi penyakit ini berlangsung kira-kira 7 hari.

Walaupun demikian, petugas kesehatan yang menangani pasien MERS harus mendapatkan perlindungan yang maksimal. Pasien harus berada di ruang isolasi dan seluruh petugas kesehatan wajib menggunakan pakaian khusus.

Menurut WHO, virus korona termasuk rapuh karena ia hanya bisa bertahan di luar tubuh selama 24 jam. Virus ini juga gampang dibunuh dengan sabun antibakteri.

Oleh karena itu, selalu cuci tangan dengan sabun saat berada di ruang terbuka dan gunakan masker untuk menghindari percikan ludah

 Credit  KOMPAS.com