NEW DELHI
- Pemerintah India menolak untuk memberikan komentar apapun atas kritik
yang disampaikan oleh badan antariksa Amerika Serikat (AS), NASA.
Kritik NASA terkait dengan sistem anti-satelit yang dimiliki oleh New
Delhi.
Juru bicara Kementerian Pertahanan India, Kolonel Aman
Anand seperti dilansir Russia Today pada Kamis (4/4), mengatakan tidak
akan ada tanggapan resmi dari India terhadap pernyataan kepala NASA, Jim
Bridenstine.
Seperti diketahui, awal pekan ini Bridenstine
menyebut uji coba rudal anti satelit India baru-baru ini sebagai hal
yang mengerikan. "Kegiatan semacam itu tidak sesuai dengan masa depan
pesawat antariksa manusia. Itu tidak bisa diterima dan NASA harus sangat
jelas tentang apa dampaknya bagi kita," ucapnya.
Bridenstine
mencatat bahwa penghancuran satelit India menciptakan lebih dari 400
keping puing dan NASA saat ini melacak 60 di antaranya. Sebagian dari
mereka benar-benar melayang ke orbit di atas ISS, berpotensi
membahayakan stasiun dan para astronot di dalamnya jika bertabrakan
dengan stasiun luar angkasa internasional itu.
Dia mengatakan,
risiko ke Stasiun Luar Angkasa Internasional meningkat 44 persen. Namun,
meski ancaman meningkat, Bridenstine menyebut astronot dan Stasiun Luar
Angkasa Internasional masih aman.
Bridenstine menambahkan, jika
ISS mengalami masalah, ia dapat digerakkan sedemikian rupa sehingga
menghindari potensi tabrakan. "Pada akhirnya kita harus jelas juga bahwa
kegiatan ini tidak berkelanjutan atau kompatibel dengan spaceflight
manusia," tukasnya.
ISLAMABAD
- Seorang mantan jenderal India mengakui bahwa Islamabad telah
mengalahkan New Delhi dalam perang hibrida atau dia sebut sebagai
"perang generasi kelima". Dia menyarankan militer negaranya untuk
belajar dari militer Pakistan.
Mantan jenderal bernama Syed Ata Hasnain pernah menjadi komandan militer India. "Mereka (India) harus belajar dari Inter-Services Public Relations (ISPR—sayap media militer Pakistan), bagaimana cara berperang dalam perang generasi kelima," kata Hasnain kepada sebuah think tank Inggris, seperti dikutip Sputnik, Sabtu (30/3/2019).
Menurutnya,
ISPR telah membuktikan bahwa media tetap menjadi alat yang sangat
efektif dalam perang hibrida, termasuk konflik informasi. "Pakistan
menunjukkan keterampilan profesional yang hebat," katanya.
Hasnain
mengklaim bahwa tidak mungkin memenangkan perang tradisional di medan
perang di zaman modern. Bahkan, kata dia, Amerika Serikat pun memerlukan
waktu 18 tahun untuk menyadari kenyataan seperti itu.
Komentar
Hasnain muncul beberapa hari setelah Kementerian Luar Negeri Pakistan
menyatakan bahwa mereka telah menyelidiki secara menyeluruh dokumen
India terkait dengan serangan teror di Pulwama 14 Februari. Menurut
kementerian tersebut tidak menemukan bukti adanya kamp teror di lokasi
yang disebutkan oleh New Delhi, atau dari siapa pun yang disebutkan
dalam dokumen yang dapat dikaitkan dengan serangan itu.
"Sementara
54 orang yang ditahan sedang diselidiki, sejauh ini tidak ada rincian
yang menghubungkan mereka dengan (serangan di) Pulwama. Demikian pula,
22 lokasi pin yang digunakan bersama oleh India telah diperiksa. Tidak
ada kamp seperti itu. Pakistan bersedia mengizinkan kunjungan, atas
permintaan, ke lokasi-lokasi ini," lanjut kementerian tersebut.
Kementerian
itu menegaskan kembali bahwa informasi dan dokumen tambahan dari India
akan sangat penting untuk melanjutkan proses penyelidikan dan bahwa
Pakistan tetap berkomitmen untuk membawa proses ini ke kesimpulan logis.
Pekan
lalu, Presiden Pakistan Arif Alvi menuduh India memiliki sikap "tidak
bertanggung jawab" dan memuji tanggapan langsung dan efektif Islamabad
atas apa yang ia sebut sebagai "agresi India".
“Setelah serangan
(di) Pulwama, India menyalahkan Pakistan tanpa bukti. India tidak
mematuhi hukum internasional dan melanggar wilayah udara Pakistan," kata
Alvi, merujuk pada serangan 14 Februari terhadap konvoi keamanan India
di wilayah Kashmir dikuasai India oleh militan Islam yang berbasis di
Pakistan, yang menewaskan lebih dari 40 polisi paramiliter India.
Jaish-e-Mohammed (JeM), sebuah kelompok teror yang berbasis di Pakistan,
mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dan Angkatan Udara India
melakukan serangan udara di sebuah kamp JeM di Pakistan pada 26
Februari. Namun, Islamabad bahwa pesawat-pesawat jet tempur India tdak
pernah menargetkan kamp-kamp yang dimaksud.
Kebuntuan pun meningkat, yang mengakibatkan pertempuran udara pada 27 Februari antara pesawat tempur kedua negara.
Ilustrasi rudal India. (REUTERS/Indian Defence Research and Development Organisation)
Jakarta, CB -- India dilaporkan
berhasil menembak jatuh salah satu satelit milik mereka dengan rudal.
Hal itu membuat Perdana Menteri Narendra Modi mengklaim mereka kini
sejajar dengan negara-negara lain dalam hal penjelajahan antariksa,
tetapi membuat Pakistan meradang.
Modi
memuji keberhasilan itu yang dianggapnya sebagai prestasi bersejarah
dan menunjukkan perkembangan besar dalam teknologi luar angkasa India.
Modi
menuturkan India menjadi negara keempat setelah Amerika Serikat, Rusia,
dan China yang berhasil menggunakan peluru kendali anti-satelit semacam
itu.
"Beberapa waktu lalu, para ilmuwan kita menembak jatuh
sebuah satelit yang berjarak 300 kilometer di luar angkasa, di orbit
rendah bumi," tutur Modi dalam pidatonya, Rabu (27/3).
"India telah membuat prestasi yang sebelumnya tidak pernah terjadi hari
ini. Dengan ini, India menyatakan diri sebagai negara yang memiliki
kekuatan di luar angkasa."
Pengumuman itu disampaikan Modi dalam pidato nasional yang ditayangkan secara serempak di seluruh negeri melalui televisi.
India telah memiliki rencana membangun teknologi luar angkasanya sejak bertahun-tahun lalu.
Pakistan
sebagai negara tetangga langsung menanggapi pernyataan Modi. Mereka
berharap kemampuan India tidak menjadi ancaman bagi pihak lain.
"Luar
angkasa adalah warisan umat manusia dan setiap negara wajib bertanggung
jawab untuk menghindari aksi yang bisa memicu militerisasi di
antariksa," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Pakistan.
"Kami
berharap negara lain yang di masa lampau mengecam keras unjuk kemampuan
seperti itu bisa mempersiapkan aturan main untuk mencegah ancaman
militer di ruang angkasa," lanjut pernyataan itu.
China yang merupakan tetangga India belum memberikan tanggapan.
Relasi
Pakistan dan India baru-baru ini terus menegang setelah kedua negara
kembali terlibat bentrok militer di perbatasan Kashmir.
Sementara itu, dikutip Reuters, China juga pernah menghancurkan sebuah satelit di luar angkasa menggunakan teknologi serupa pada 2007 lalu.
Berdasarkan Secure World Foundation, penghancuran itu menghasilkan
sampah luar angkasa terbesar dalam sejarah yakni sebanyak 3.000
material.
Sedangkan Amerika Serikat pertama kali melakukan uji
coba rudal anti-satelit pada 1959. Rusia melakukan uji coba serupa
sekitar 1960 dan 1970.
Senjata anti-satelit India dikritik untuk alat politik.
CB,
NEW DELHI -- Pemimpin oposisi India, Mamata Banarjee mengkritik uji
coba senjata anti-satelit yang diumumkan oleh Perdana Menteri Narendra
Modi. Banarjee menilai, uji coba senjata anti-satelit tersebut
dimanfaatkan sebagai alat politik menjelang pemilihan umum (pemilu).
"Pengumuman hari ini adalah sebuah drama dan publisitas oleh Modi
yang berharap bisa mendapatkan keuntungan politik saat pemilu," ujar
Banarjee, Rabu (27/3).
Banarjee mengatakan, hal tersebut
merupakan pelanggaran berat terhadap kode etik pemilu. Selanjutnya,
Banarjee akan mengadukan keluhan ini kepada Komisi Pemilihan Umum India.
"Kami akan mengajukan keluhan ini kepada Komisi Pemilihan Umum," ujar Banarjee.
Juru
bicara Komisi Pemilihan Umum India tidak menanggapi komentar atas
pernyataan Banarjee maupun uji coba senjata anti-satelit tersebut.
Pemilu India akan dilangsungkan pada 11 April 2019 mendatang.
India
telah menembak sebuah satelit di luar angkasa dengan rudal
anti-satelit. Hal itu merupakan terobosan besar dalam program luar
angkasa India.
Perdana
Menteri India Narendra Modi mengumumkan penembakan satelit tersebut
melalui siaran televisi. Dalam pidatonya, Modi mengatakan, India akan
menjadi negara keempat yang menggunakan senjata anti-satelit setelah
Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Cina.
"Beberapa waktu lalu
para ilmuwan kami telah menembak satelit sejauh 300 kilometer di luar
angkasa, di orbit rendah bumi. India telah membuat prestasi luar biasa
hari ini, India mendaftarkan namanya sebagai kekuatan luar angkasa,"
ujar Modi.
India telah memiliki program luar angkasa selama
bertahun-tahun. Seorang pakar keamanan di Pusat Kebijakan Riset New
Delhi, Brahma Chellaney mengatakan, AS, Rusia, dan Cina sedang
berlomba-lomba membuat senjata anti-satelit (ASAT).
"Ruang
angkasa sedang diubah menjadi medan pertempuran, dalam hal ini
keberhasilan India dengan senjata ASAT merupakan hal penting," kata
Chellaney.
Seorang pakar dari Institute for Defence Studies
and Analyses, Ajay Lele mengatakan, India didorong untuk membuat
program anti-satelit yang diuji oleh Cina. Sebelumnya, para ilmuwan
pertahanan India telah meminta persetujuan politik untuk melakukan uji
coba secara langsung. Namun, pemerintah berkali-kali menentangnya karena
khawatir terhadap kecaman internasional.
Lele mengatakan,
India kemungkinan besar telah menghancurkan satelitnya sendiri dalam
rangkaian uji coba yang dilakukan selama tiga menit. Menurutnya, India
menggunakan rudah yang tidak memiliki hulu ledak.
"India
telah menggunakan rudal yang tidak memiliki hulu ledak, sehingga hanya
ada strip logam di atas rudal atau bagian logam dan rudal menembakkan
logam itu ke ruang angkasa, dan energi kinetik yang dihasilkan
menciptakan dampak lebih lanjut," ujar Lele.
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri)
berjabat tangan dengan Perdana Menteri India Narendra Modi saat foto
bersama menjelang pertemuan keduanya di Hyderabad House di New Delhi,
Kamis (11/12). Presiden Rusia Putin mengunjungi India dalam upayanya
untuk menghidupkan kembali hubungan sejarah yang pudar selama
bertahun-tahun, mencoba memperbarui kerja sama energi, pertahanan dan
nuklir. (REUTERS/Adnan Abidi)
New Delhi (CB) - Perdana Menteri Narendra Modi, Rabu, mengatakan
India berhasil menembak jatuh satelit di luar angkasa dengan peluru
kendali anti-satelit, memuji uji coba tersebut sebagai terobosan besar
dalam program luar angkasa mereka.
Dalam pidato yang disampaikan di TV, Modi mengatakan bahwa India akan
menjadi negara keempat yang menggunakan senjata anti-satelit setelah
Amerika Serikat, Rusia dan China.
Kemampuan seperti itu meningkatkan kekhawatiran persenjataan luar
angkasa sekaligus memicu persaingan di kalangan musuh negara adikuasa.
"Beberapa waktu lalu, para ilmuwan kami, menembak jatuh satelit, 300
kilometer jauhnya di luar angkasa, di orbit rendah bumi," ujar Modi,
menyebutnya sebagai prestasi bersejarah.
"Hari ini India mengukir prestasi yang luar biasa," kata Modi dalam bahasa Hindi. "India mencatatkan namanyasebagai salah satu kekuatan luar angkasa."
Modi, yang akan menghadapi pemilu pada April, sebelumnya mencuit di
Twitter bahwa akan ada pengumuman penting yang hendak ia sampaikan.
India memilik program luar angkasa selama beberapa tahun, menciptakan
satelit pencitraan bumi dan meluncurkan kapabilitas sebagai alternatif
yang lebih murah dari program Barat.
Ahli keamanan di Centre of Policy Research di New Delhi, Brahma
Chellaney mengatakan Amerika Serikat, Rusia dan China sedang mengejar
senjata anti-satelit (ASAT).
"Ruang angkasa sedang berubah menjadi medan pertempuran, menjadikan
kemampuan angkasa menjadi hal yang penting. Dengan ini, India berhasil
"membunuh" dengan senjata ASAT yang signifikan."
Tidak ada komentar yang langsung diberikan dari musuh lama mereka,
Pakistan. Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan China pun
juga tidak menanggapinya.
Peluncuran satelit pertahanan India pertama, GSAT-7
dengan roket Eropa, Ariane 5, di Pelabuhan Kourou, Guiana Prancis,
Jumat (30/8).
Foto: ibnlive.in.com
India akan menjadi negara keempat yang menggunakan senjata anti-satelit.
CB,
NEW DELHI -- India telah menembak sebuah satelit di luar angkasa dengan
rudal anti-satelit. Hal itu merupakan terobosan besar dalam program
luar angkasa India.
Perdana Menteri India Narendra Modi mengumumkan penembakan satelit
tersebut melalui siaran televisi. Dalam pidatonya, Modi mengatakan,
India akan menjadi negara keempat yang menggunakan senjata anti-satelit
setelah Amerika Serikat (AS), Rusia, dan Cina.
"Beberapa
waktu lalu para ilmuwan kami telah menembak satelit sejauh 300 kilometer
di luar angkasa, di orbit rendah bumi. India telah membuat prestasi
luar biasa hari ini, India mendaftarkan namanya sebagai kekuatan luar
angkasa," ujar Modi, Rabu (27/3).
India telah memiliki
program luar angkasa selama bertahun-tahun. Seorang pakar keamanan di
Pusat Kebijakan Riset New Delhi, Brahma Chellaney mengatakan, AS, Rusia,
dan Cina sedang berlomba-lomba membuat senjata anti-satelit (ASAT).
"Ruang
angkasa sedang diubah menjadi medan pertempuran, dalam hal ini
keberhasilan India dengan senjata ASAT merupakan hal penting," kata
Chellaney.
Sebelumnya, menurut Secure World Foundation,
Cina telah menghancurkan sejumlah satelit pada 2007. Hal tersebut
menimbulkan awan puing orbital terbesar dalam sejarah dengan lebih dari
3.000 objek.
Seorang pakar dari Institute for Defence
Studies and Analyses, Ajay Lele mengatakan, India didorong untuk membuat
program anti-satelit yang diuji oleh Cina. Sebelumnya, para ilmuwan
pertahanan India telah meminta persetujuan politik untuk melakukan uji
coba secara langsung. Namun, pemerintah berkali-kali menentangnya karena
khawatir terhadap kecaman internasional.
Lele
mengatakan, India kemungkinan besar telah menghancurkan satelitnya
sendiri dalam rangkaian uji coba yang dilakukan selama tiga menit.
Menurutnya, India menggunakan rudal yang tidak memiliki hulu ledak.
"India
telah menggunakan rudal yang tidak memiliki hulu ledak, sehingga hanya
ada strip logam di atas rudal atau bagian logam dan rudal menembakkan
logam itu ke ruang angkasa, dan energi kinetik yang dihasilkan
menciptakan dampak lebih lanjut," ujar Lele.
Di sisi lain,
India khawatir bahwa Cina akan memberikan bantuan pertahanan kepada
Pakistan, termasuk untuk program luar angkasanya. Sejumlah analis
mengatakan, kekhawatiran dan ketakutan India adalah apabila Pakistan
meminta bantuan Beijing untuk melakukan uji coba dalam program luar
angkasa.
"Saya pikir Pakistan tidak mungkin mencapai
tingkat pencapaian tersebut dengan sendirinya. Pakistan dan Cina
memiliki kemitraan strategis yang sangat dalam, sehingga kemampuannya
tidak dapat diabaikan," ujar Direktur Society for Policy Studies, Uday
Bhaskar.
Sebelumnya, AS melakukan uji anti-satelit pertama
pada 1959. Pada 1985, AS menguji AGM-135 yang diluncurkan dari pesawat
tempur F-15, dan menghancurkan satelit Amerika bernama Solwind P78-1.
Setelah
itu, AS tidak melakukan uji coba selama lebih dari 20 tahun hingga
2007. Setelah Cina menembakkan senjata anti-satelit, AS kembali
melakukan Operasi Burnt Frost, menggunakan rudal SM-3 yang diluncurkan
untuk menghancurkan satelit mata-mata yang mati.
ISLAMABAD
- Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan berpendapat bahwa kemungkinan
perang dengan India belum berakhir. Dia menyebut, ini dikarenakan
Perdana Menteri India, Narendra Modi masih melanjutkan retorika
anti-Pakistan untuk menguatkan sentimen publik mengenai situasi di
perbatasan sampai pemilihan di India berakhir.
Menyatakan
keprihatinan serius atas ketegangan yang terus-menerus terjadi di
perbatasan, Khan memperingatkan bahwa bahaya perang dengan India belum
berakhir. Khan meramalkan bahwa hubungan kedua negara akan tetap tegang
sampai pemilihan umum di India berakhir.
"Bahayanya
belum berakhir. Situasinya akan tetap tegang sampai pemilihan umum
mendatang di India. Kami sudah siap untuk mencegah segala agresi dari
India," kata Khan dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada
Rabu (27/3).
Pernyataan itu muncul di tengah laporan masih terus terjadi penembakan
lintas perbatasan oleh pasukan kedua negara, baik itu menggunakan mortir
atau senapan mesin berat. Kedua negara juga dilaporkan memperkuat
posisi di sepanjang perbatasan dengan sistem rudal pertahanan udara dan
jet tempur.
Pakistan sendiri masih belum membuka
wilayah udaranya untuk penerbangan sipil India sejak 26 Februari, ketika
Angkatan Udara India melakukan serangan "non-militer pre-emptive" di
Balakot di Pakistan dan mengklaim telah menghancurkan infrastruktur
teror yang dioperasikan oleh Jaish-e-Mohammed.
Serangan
India ini direspon oleh Angkatan Udara Pakistan yang melakukan serangan
ke wilayah India sehari setelahnya dan terlibat dalam pertempuran udara
dengan Angkatan Udara India.
CB, Karachi – Militer Pakistan telah mengerahkan sistem rudal jarak menengah anti-serangan udara buatan Cina di sejumlah kota dan markas militer.
Ini
dilakukan untuk mencegah aksi serangan udara lintas batas oleh angkatan
udara India, yang pernah melakukan ini pada Februari 2019 ke Kota
Balakot untuk menyasar kamp pelatihan milisi Jaish-e-Mohammed.
Ada lima unit sistem rudal darat ke udara LY-80 (HQ-16) dan unit radar pemantauan serangan udara IBIS – 150, yang diaktifkan.
“Sistem
rudal anti-serangan udara ini dapat dipindahkan dari satu tempat ke
tempat lain dengan mudah dan menembak jatuh target begerak dalam radius
40 kilometer,” begitu dilansis media DNA India dan dikutip RT pada
Sabtu, 23 Maret 2019.
Mengutip seorang pejabat intelijen India,
media DNA India melansir militer Pakistan mengerahkan sistem
anti-serangan udara untuk mengantisipasi serangan yang lebih besar dari
India di masa depan.
Sistem HQ-16 itu diproduksi oleh China Precision Machinery Import and Export Corporation atau CPMIEC.
Sistem anti-serangan udara LY-80 ini dilengkapi dengan baterai radar IBIS – 150, yang merupakan sistem radar pelacak 3 dimensi.
“Sistem
ini bisa melacak target bergerak dari jarak 150 kilometer,” begitu
dilansir DNA India. Tiap radar bisa melacak enam target bergerak
sekaligus.
Mengutip
sumber intelijen India, media ini juga melansir Cina bakal memperkuat
dukungan kepada Pakistan dengan menjual drone jarak jauh Rainbow CH-4
dan CH-5. Drone ini bakal digunakan untuk pemantauan di wilayah Kashmir
yang dikuasai Pakistan dan perbatasan line of control.
Drone CH-4
dapat membawa 400 kilogram bahan peledak dan terbang selama 40 jam dan
menjangkau wilayah sejauh 5000 kilometer. Sedangkan CH-5 dapat membawa
1000 kilogram bahan peledak dan terbang selama 60 jam diketinggian 17
ribu kaki. Saat ini, India dan Pakistan mulai menurunkan ketegangan.
ISLAMABAD
- Pakistan sebar sejumlah rudal pertahanan udara jarak menengah buatan
China di beberapa kota dan pangkalan militer untuk mencegah serangan
Angkatan Udara India (IAF). India sebelum melancarkan serangan terhadap
sebuah kamp teroris di Pakistan pasca serangan bom bunuh diri di wilayah
Kashmir.
Pertahanan udara, yang dilaporkan dikerahkan di dekat
perbatasan India, termasuk lima unit rudal permukaan-ke-udara LY-80
(HQ-16). Pakistan juga mengerahkan baterai radar IBIS-150 yang mampu
melacak dan menghancurkan berbagai target udara pada jarak lebih jauh
yang terbang di ketinggian rendah dan menengah.
Selain itu,
militer Pakistan dilaporkan mengerahkan drone Rainbow CH-4 dan CH-5
buatan China untuk melakukan pengawasan dan potensi serangan di
sepanjang Garis Kontrol Kashmir seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (24/3/2019).
Perkembangan
ini terjadi setelah Presiden Pakistan Arif Alvi menuduh India memiliki
sikap tidak bertanggung jawab dan memuji tanggapan langsung dan efektif
Islamabad atas apa yang ia sebut sebagai agresi India.
“Setelah
serangan Pulwama, India menyalahkan Pakistan tanpa bukti. India tidak
mematuhi hukum internasional dan melanggar wilayah udara Pakistan,” kata
Alvi, pada Sabtu kemarin.
Alvi merujuk pada serangan 14 Februari
terhadap konvoi keamanan India di daerah yang dikuasai India di Kashmir
oleh militan Islam yang berbasis di Pakistan. Serangan tersebut
merenggut nyawa setidaknya 40 orang petugas keamanan.
Serangan
bunuh diri itu diikuti oleh serangan IAF pada 26 Februari terhadap
sebuah kamp yang diduga dijalankan oleh kelompok teroris yang berbasis
di Pakistan, Jaish-e-Mohammed. Tembak menembak terjadi sehari kemudian
antara pesawat-pesawat tempur India dan Pakistan.
Dalam
perkembangan terpisah awal pekan ini, Beijing bergerak untuk mendukung
Islamabad dengan latar belakang meningkatnya ketegangan India-Pakistan.
"Tidak
peduli bagaimana keadaan berubah di dunia dan di kawasan ini, China
akan dengan tegas mendukung Pakistan dalam menegakkan kemerdekaan
kedaulatannya, integritas wilayah dan martabat wilayah," kata Menteri
Luar Negeri China Wang Yi.
Ilustrasi tentara India di Kashmir. (AP Photo/Mukhtar Khan)
Jakarta, CB -- Seorang anggota paramiliter
India menembak mati tiga rekannya di wilayah Kashmir yang dikontrol
negara itu, Kamis (21/3).
Kepolisian menyatakan seorang anggota
Central Reserve Police Force (CRPF) menembak kedua temannya menggunakan
senjata dinas di kamp Udhampur, sekitar 200 kilometer dari selatan Kota
Srinagar.
"Dia (pelaku) lalu menembak dirinya sendiri dan
sekarang tengah berada dalam kondisi kritis," kata seorang pejabat
kepolisian di wilayah Jammu Kashmir, MK Sinha, kepada AFP.
Sinha mengatakan bahwa pelaku kemungkinan berada di bawah pengaruh obat-obatan.
Insiden ini bukan yang pertama kali terjadi. Koalisi Masyakat Sipil Jamu
Kashmir (JKCCS) melaporkan sedikitnya 20 tentara India bunuh diri pada
2018 lalu, terbanyak dalam satu dekade terakhir.
Sejak 2004, ada 80 insiden "pembunuhan saudara" dan 323 kasus bunuh diri yang dilakukan personel militer di Kashmir.
Sejumlah
ahli mengatakan hal itu terjadi karena faktor stres, jam tugas yang
berlebihan, hari libur sedikit, dan masalah domestik.
Pengamat mendorong aparat berwenang memulai inisiatif yang bisa mencegah
para prajurit merasa tertekan, seperti kegiatan olahraga dan yoga.
Secara
terpisah di hari yang sama, seorang tentara tewas ketika militer
India-Pakistan terlibat baku tembak di perbatasan kedua negara di
Kashmir.
Baku tembak itu merupakan yang terbaru sejak kedua negara terlibat bentrokan militer di wilayah sengketa itu pada Februari lalu.
Bentrokan
militer antara Pakistan dan India terus memanas sejak bom bunuh diri
menerjang konvoi personel India di wilayah Kashmir pada 14 Februari
lalu.
New Delhi menyalahkan Islamabad atas insiden yang menewaskan sedikitnya 40 personel militernya itu.
Sejak
itu, kedua negara saling menembak jatuh pesawat militer di Kashmir
hingga sempat memicu penangguhan penerbangan komersial lantaran alasan
keamanan.
Pakistan juga sempat menahan dua pilot India akibat
kejadian itu. Keduanya dibebaskan Islamabad sebagai bentuk "gerakan
perdamaian."
NEW DELHI
- Angkatan Udara India (IAF) meminta pemerintah untuk segera membeli
amunisi baru. Permintaan itu muncul setelah Pakistan mengerahkan semua
jet tempur F-16 di dekat perbatasan India.
Islamabad juga
dilaporkan telah memindahkan kamp-kamp teror keluar dari jangkauan
serangan pesawat tempur IAF ke ujung barat di Wilayah Suku yang Dikelola
Pemerintah Federal (FATA).
Laporan yang diterbitkan Economic Times, Rabu
(20/3/2019) mengatakan ada aktivitas penerbangan yang sibuk di kedua
sisi perbatasan, termasuk di malam hari. India terus mempertahankan
kewaspadaan operasional yang tinggi dengan menerbangkan beberapa sorti
tambahan dari sejumlah jet tempurnya.
“Rudal-rudal
ini memiliki (masa) kehidupan tertentu. Ketika disimpan di dalam
tabung, itu dihitung dalam hal usia sistem yang bertahun-tahun, tetapi
ketika jet-jet tempur dikerahkan secara operasional, kehidupan rudal
tergantung pada jumlah serangan yang dilakukan. Jadi kita perlu
pengisian baru," kata sumber pejabat tinggi pemerintah India.
Amunisi yang dibutuhkan sebagian besar adalah rudal air-to-air (udara ke udara) yang dibawa jet-jet tempur yang sedang berpatroli untuk melawan pasukan udara Pakistan.
Apa
yang membuat pihak India semakin kesal adalah bahwa terlepas dari semua
konsultasi yang sibuk dengan Amerika Serikat setelah serangan di
Balakot, Angkatan Udara Pakistan telah mengerahkan semua jet tempur F-16
di pangkalan-pangkalan terdepan di sepanjang perbatasan dengan India.
Wilayah udara Pakistan juga belum sepenuhnya dibuka untuk lalu lintas
sipil meskipun penerbangan normal telah dibuka kembali di pihak India.
Ketika
serangan di Balakot mengejutkan Pakistan, yang mengantisipasi serangan
di markas Jaish-e-Mohammad di Bahawalpur, input intelijen India
menunjukkan bahwa setelah serangan "non-militer", kamp-kamp teror telah
dipindahkan ke wilayah FATA. Tujuannya, untuk membawa mereka keluar dari
jangkauan jet tempur India yang beroperasi dari dekat Garis Kontrol
(Line of Control/LoC) Kashmir.
“F-16
telah didistribusikan di seluruh pangkalan udara Pakistan. Mereka terus
melakukan penerbangan malam dan memiliki jaringan pertahanan udara
dalam keadaan siaga," lanjut sumber tersebut kepada Economic Times. Sedangkan jet-jet tempur India juga masih dalam posisi untuk mencegah kesalahan atau agresi apapun.
Di
pihak India, jet-jet tempur berada garis depan, termasuk Su-30MKI dan
Mirage 2000. Dua jenis jet tempur itu ditempatkan untuk reaksi cepat dan
kekuatan tempur telah meningkat di pangkalan udara di Jammu dan
Kashmir.
Militer maupun pemerintah kedua pihak secara resmi belum berkomentar atas laporan media tersebut.
Polisi India berusaha memblokir
pendukung partai oposisi utama di Kashmir Partai Demokratik Rakyat (PDP)
saat aksi unjuk rasa menentang pembatasan penjualan elpiji bersubsidi
di Jammu, India, Jumat (12/10). Pemerintah India bulan lalu membatasi
penjualan elpiji menjadi enam tabung gas per orang per tahunnya.
(REUTERS/Mukesh Gupta )
Srinagar (CB) - Aksi-aksi unjuk rasa pecah di sejumlah bagian
Kashmir yang dikuasai India pada Selasa, setelah polisi mengatakan
seorang pria yang sedang diinterogasi terkait dengan penyelidikan
keamanan meninggal dalam tahanan.
Protes tersebut merupakan gangguan-gangguan terbaru di salah satu kawasan yang dijaga paling ketat oleh militer di dunia.
Pria itu bernama Rizwan Asad Pandit, lulusan perguruan tinggi yang
menekuni kimia dan mengajar di sekolah swasta, menurut keluarganya,
telah ditahan sebagai bagian dari "investigasi kasus teror", kata
seorang juru bicara polisi.
Menurut jubir itu, sebab-sebab kematiannya sedang diselidiki.
Zulkarnain Asad Pandit, saudara Rizwan, ragu bahwa investigasi akan mengungkap kebenaran.
"Kami menginginkan investigasi atas perkara itu tetapi kami tidak tahu
apa-apa yang akan terjadi," katanya kepada Reuters. "Kami semua melihat
investigasi-investigasi selama 20 tahun terakhir."
Para pemrotes melempar batu-batu ke arah polisi di beberapa bagian
kawasan yang mayoritas berpenduduk Muslim setelah kabar mengenai
kematian Rizwan. Toko-toko tutup di beberapa bagian kota utama Srinagar.
Polisi menanggapi aksi-aksi itu dengan menembakkan gas air mata.
Ketegangan antara India dan Pakistan, dua negara tetangga yang memiliki
senjata nuklir, meningkat setelah serangan bom bunuh diri dengan
menggunakan mobil yang menewaskan sedikitnya 40 polisi paramiliter India
pada 14 Februari. India dan Pakistan mengklaim Kashmir sebagai wilayah
mereka tetapi memerintahnya masing-masing sebagian.
Satu kelompok militan yang berkedudukan di Pakistan mengaku bertanggung
jawab atas serangan tersebut. Pakistan membantah keterlibatan tetapi
India yang sudah lama menuding negara tetangganya itu mendukung para
militan separatis memerangi pasukan keamanan di bagiannya di Kashmir.
India dan Pakistan sudah berperang tiga kali sejak tahun 1947, dua kali menyangkut wilayah Himalaya, yang terbagi itu.
Rizwan berasal dari keluarga yang mempunyai hubungan dengan
Jamaat-e-Islami (JeI), kelompok politik yang menginginkan kemerdekaan
Kashmir dari India. kata Zulkarnain.
Pemerintah India baru-baru ini melarang kelompok itu yang menuduhnya memiliki hubungan dengan organisasi-organisasi militan.
Pasukan keamanan telah menangkap ratusan anggota Jel sejak serangan bom
14 Februari. Kelompok tersebut membantah terkait dengan para militan.
"Dia sama sekali tak bersalah dan tak punya afiliasi dengan organisasi militan," kata Zulkarnain.
Beberapa tokoh politik terkemuka di Kashmir mengutuk kematian pria tersebut.
"Hukuman harus dijatuhkan kepada para pembunuh anak muda ini," cuit Omar Abdullah, mantan menteri besar negara itu di Twitter.
NEW DELHI
- Konflik singkat antara India dan Pakistan pada bulan lalu berlanjut
pada aksi saling ancam untuk menghujani rudal satu sama lain. Lima
sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan hanya intervensi para
pejabat Amerika Serikat, termasuk Penasihat Keamanan Nasional John
Bolton, yang bisa mencegah konflik menjadi lebih besar.
Pada satu
tahap, India mengancam akan menembakkan setidaknya enam rudal ke
Pakistan, dan Islamabad mengatakan akan menanggapi dengan serangan rudal
tiga kali lipat. Hal itu dipaparkan diplomat Barat, sumber-sumber
pemerintah di New Delhi, Islamabad dan Washington, yang dilansir Reuters, Senin (18/3/2019).
Cara
di mana ketegangan tiba-tiba memburuk dan mengancam akan memicu perang
antar-negara bersenjata nuklir itu menunjukkan bagaimana wilayah
Kashmir—yang diklaim keduanya dan merupakan inti dari permusuhan
mereka—tetap menjadi salah satu titik api paling berbahaya di dunia.
Perseteruan
itu belum melampaui ancaman, dan tidak ada pernyataan bahwa misil yang
terlibat itu tidak lebih dari senjata konvensional, tetapi kedua negara
itu menciptakan kekhawatiran di kalangan resmi di Washington, Beijing
dan London.
Kantor berita Reuters telah menyatukan semua
peristiwa yang menyebabkan krisis militer paling serius di Asia Selatan
sejak 2008 itu, serta upaya diplomatik bersama untuk membuat kedua
pihak mundur.
Pertikaian yang mendidih pecah menjadi konflik
akhir bulan lalu ketika pesawat-pesawat tempur India dan Pakistan
terlibat dalam pertempuran udara di Kashmir pada 27 Februari, sehari
setelah serangan oleh para jet tempur India yang diklaim ditargetkan
terhadap sebuah kamp militan di Pakistan. Islamabad membantah ada kamp
militan di daerah itu dan mengatakan bom-bom India meledak di lereng
bukit yang kosong.
Dalam
bentrokan pertama mereka sejak perang terakhir antara kedua negara pada
tahun 1971, Pakistan menembak jatuh sebuah pesawat jet tempur India dan
menangkap pilotnya setelah sang pilot terlontar dari pesawatnya di
Kashmir yang dikuasai Pakistan.
Beberapa jam kemudian,
video-video pilot India yang berdarah, diborgol dan ditutup matanya,
muncul di media sosial. Dalam video itu, sang pilot mengidentifikasi
dirinya dengan para interogator Pakistan, yang memperdalam kemarahan di
New Delhi.
Perdana Menteri India Narendra Modi yang menghadapi
pemilihan umum pada bulan April-Mei berada di bawah tekanan untuk
merespons.
Malam itu, Penasihat Keamanan Nasional India, Ajit Doval, berbicara
mengenai jalur aman kepada kepala Intelijen Antar-Layanan Pakistan
(ISI), Asim Munir, untuk memberitahunya bahwa India tidak akan mendukung
kampanye baru "kontra terorisme" bahkan setelah enangkapan pilot. Hal
itu diungkap sumber pemerintah India dan diplomat Barat yang mengetahui
tentang percakapan tersebut kepada Reuters di New Delhi.
Menurut
para sumber, Doval mengatakan kepada Munir bahwa pertarungan India
dengan kelompok-kelompok militan yang bebas beroperasi dari tanah
Pakistan siap untuk ditingkatkan.
Seorang menteri pemerintah
Pakistan dan seorang diplomat Barat di Islamabad secara terpisah
mengonfirmasi ancaman khusus India untuk menggunakan enam rudal pada
sasaran di dalam wilayah Pakistan. Mereka tidak menentukan siapa yang
memberikan ancaman atau siapa yang menerimanya, tetapi menteri itu
mengatakan badan intelijen India dan Pakistan "berkomunikasi satu sama
lain selama pertempuran, dan bahkan sekarang mereka berkomunikasi satu
sama lain".
Pakistan mengatakan akan membalas serangan rudal
India dengan lebih banyak hingga tiga kali lipat. Hal itu diungkap
menteri tersebut kepada Reuters, yang berbicara dengan syarat anonim.
"Kami
mengatakan jika Anda akan menembakkan satu rudal, kami akan menembakkan
tiga. Apa pun yang akan dilakukan India, kami akan merespons tiga kali
untuk itu, "kata menteri Pakistan itu.
Kantor Doval tidak menanggapi permintaan komentar. Seorang pejabat pemerintah mengatakan dalam menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar bahwa India tidak mengetahui adanya ancaman rudal yang dikeluarkan untuk Pakistan.
Militer
Pakistan menolak berkomentar dan Munir tidak dapat dihubungi untuk
memberikan komentar. Kementerian luar negeri Pakistan juga menolak
menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar.
CB, New Delhi – Bekas kepala staf angkatan udara India, Marsekal A. Y. Tipnis, mengatakan negaranya bisa mengalahkan jet tempur Pakistan jika telah mengoperasikan jet tempur buatan Prancis, Rafale.
India
telah memulai pemesanan 36 jet tempur Rafale pada 2016. Namun,
pengiriman jet tempur ini terhambat karena ada masalah pembayaran.
Tokoh
oposisi Rahul Gandhi bahkan menuding PM India, Narendra Modi, terlibat
korupsi dana pembelian jet tempur senilai US$8.7 miliar atau sekitar
Rp124 triliun.
“Tujuan
dari 24 jet tempur Pakistan adalah untuk menyerang Srinagar, pangkalan
udara Awantipora. Jika India memiliki jet tempur Rafale saat itu, pilot
angkatan udara dapat menghancurkan setidaknya 12 jet tempur Pakistan.
Rafale akan menaikkan semangat pasukan,” kata Tipnis dalam sebuah forum
seminar mengenai keamanan di New Delhi, India, pada Rabu, 13 Maret 2019.
Tipnis
mengatakan ini terkait insiden pertempuran udara pada 27 Februari 2019
antara jet tempur MiG-21 Bison milik India dan Pakistan, yang diduga
menggunakan F-26.
Pesawat tempur India menjatuhkan bom di wilayah Pakistan.[Aljazeera]
Pakistan
mengklaim menembak jatuh dua jet tempur India dengan satu jet tempur
mendarat di wilayah Kashmir yang dikontrol Islamabad. Satu pilot India
berhasil ditahan dan kemudian dikembalikan ke New Delhi seperti dilansir
Aljazeera.
Ini
terjadi pasca serangan bom bunuh diri kelompok milisi ke pasukan
paramiliter India di Kashmir, yang menewaskan sekitar 40 orang pada
pertengahan Februari 2019. India menuding milisi itu berada di wilayah
Pakistan dan mendapat perlindungan.
Baru-baru ini, dokumen
mengenai kesepakatan pembelian jet tempur Rafale bocor ke publik setelah
diberitakan oleh media The Hindu. Pemerintah India menuding media sengaja mempublikasikan informasi sensitif terkait kemampuan tempur jet Rafale.
SRINAGAR
- Pasukan India dan Pakistan kembali terlibat baku tembak sengit.
Keduanya saling menargetkan posisi masing-masing di Jalur Kontrol (LoC),
yang membagi wilayah Kashmir, kata para pejabat.
Kedua belah
pihak terlibat baku tembak di distrik Poonch, sekitar 180 km barat daya
Srinagar, Ibu Kota musim panas Kashmir yang dikuasai India.
"Pakistan
hari ini kembali melepaskan tembakan tanpa sasaran yang menargetkan
pos-pos terdepan pada pukul 10:00 waktu setempat di daerah Khari
Karmara, sektor Gulpur," kata seorang pejabat.
"Pihak
kita juga memberikan balasan yang sesuai kepada pihak lain sebagai
tanggapan," imbuhnya seperti dilansir dari Xinhua, Kamis (14/3/2019).
Baku
tembak berlangsung selama beberapa jam dan kedua belah pihak
menggunakan senjata kecil serta mortir untuk menargetkan posisi
masing-masing.
Menurut para pejabat, sejauh ini tidak ada korban jiwa dalam pertempuran di kedua belah pihak.
Para
pejabat mengatakan dua peluru, ditembakkan dari seberang LoC, mendarat
di dekat pusat perdagangan di daerah Chakan da Bagh di Poonch, tetapi
ledakan peluru itu tidak menyebabkan kerusakan.
Selama
dua minggu terakhir, baku tembak kerap terjadi di LoC Kashmir. Aksi
penembakan yang berlangsung setiap hari ini telah memaksa penduduk di
kedua sisi untuk bermigrasi ke lokasi yang lebih aman.
Ketegangan
terbaru antara New Delhi dan Islamabad tumbuh setelah India melakukan
serangan udara di dalam Pakistan, memicu aksi balasan. Situasi ini telah
menurun sampai batas tertentu setelah seruan untuk menahan diri dari
beberapa negara.
NEW DELHI
- Organisasi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan India (DRDO)
dilaporkan telah melakukan uji coba sistem rudal Pinaka, di wilayah
Pokharan di negara bagian Rajasthan, dekat dengan perbatasan Pakistan.
Senjata
yang baru dikembangkan dan diuji ini dapat menghancurkan wilayah seluas
900 meter persegi pada jarak 20 hingga 90 kilometer. Sistem rudal
Pinaka dapat menembakkan 12 roket dalam waktu 44 detik.
"Sistem
senjata memengaruhi sasaran yang dituju dengan presisi tinggi dan
mencapai akurasi yang diinginkan di semua misi. Sistem Telemetri melacak
dan memantau kendaraan melalui jalur penerbangan. Semua tujuan misi
telah dipenuhi," kata Kementerian Pertahanan India, seperti dilansir
Sputnik pada Rabu (13/3).
Sistem
Pinaka ditenagai oleh motor berbahan bakar padat dan dapat dilengkapi
dengan tiga hulu ledak, bahan peledak tinggi pra-terfragmentasi (PFHE),
atau pembakar, atau hulu ledak ledak berkekuatan tinggi (RHE).
Stabilisasi penerbangan disediakan oleh enam sirip sisi-lipatan-delta
yang terpotong menuju bagian belakang roket.
Sistem Pinaka secara bertahap akan menggantikan SMERCH Rusia, yang dapat meratakan area seluas 1,1 kilometer persegi.
Dipercayai,
meskipun tidak secara terbuka, bahwa sistem Pinaka mungkin telah
dikembangkan untuk mengirimkan hulu ledak nuklir pada kisaran kecil.
Waktu reaksi yang cepat dan laju tembakan yang tinggi memberikan
keunggulan bagi tentara selama situasi konflik.
Menurut DRDO,
kemampuan sistem untuk menggabungkan beberapa jenis hulu ledak
membuatnya mematikan bagi musuh, karena bahkan dapat menghancurkan
struktur padat mereka dan bunker yang tersebar di area seluas 900 meter
persegi.
Ilustrasi Boeing 737 MAX 8. (Stephen Brashear/Getty Images/AFP)
Jakarta, CB -- Perintah larangan mengoperasikan pesawat Boeing tipe 737 MAX 8
terus menyebar di seluruh dunia, sebagai dampak kekhawatiran atas dua
kecelakaan maut yang terjadi di Indonesia dan Ethiopia. Pemerintah India, Fiji, dan sejumlah maskapai turut memutuskan melarang penggunaan burung besi itu.
Seperti dilansir Reuters,
Rabu (13/3), Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil (DGCA) Kementerian
Penerbangan India memutuskan menghentikan sementara operasional Boeing
737 MAX 8. Perintah itu berlaku pada Selasa kemarin sejak pukul 21.55
waktu setempat.
"DGCA memutuskan untuk segera mengistirahatkan sementara Boeing 737 MAX
8. Pesawat itu tidak boleh mengudara sampai mendapat modifikasi dan
langkah ini diambil untuk memastikan keselamatan penumpang dan
operasional," demikian pernyataan Kementerian Penerbangan Sipil India
melalui akun Twitter mereka, @MoCA_GoI.
Dua maskapai ternama India, Jet Airways dan SpiceJet, langsung menunda penerbangan menggunakan 737 MAX 8.
Karena hal itu, harga saham SpiceJet anjlok sebesar 5,5 persen, sedangkan saham Jet Airways turun 2,2 persen.
Pemerintah
Fiji juga mengikuti keputusan India dengan melarang sementara
penggunaan Boeing 737 MAX 8. Otoritas Penerbangan Sipil Fiji menyatakan
mereka sebenarnya yakin dengan keamanan pesawat itu, tetapi mereka juga
melihat kekhawatiran masyarakat dan sikap sejumlah negara lain.
Maskapai
Fiji Airways menyatakan untuk sementara waktu tidak akan menggunakan
737 MAX 8. Sebagai gantinya, mereka bakal memakai Boeing 7373 dan Airbus
SE A330.
Gelombang larangan terbang terhadap Boeing 737 MAX
semakin luas. Negara-negara yang melarang adalah Australia, Oman,
Singapura, China, Malaysia, Inggris, Indonesia, Ethiopia, Jerman,
Prancis, Bermuda, Swiss, Uni Eropa, Kuwait, Selandia Baru, Korea
Selatan, Turki, dan Uni Emirat Arab.
Larangan
ini dikeluarkan setelah dua penerbangan yang menggunakan pesawat Boeing
737 MAX 8 mengalami kecelakaan mematikan dalam kurun waktu kurang dari
lima bulan.
Kecelakaan terbaru terjadi di pada Minggu (10/3),
ketika pesawat Boeing 737 MAX 8 milik Ethiopian Airlines jatuh tak lama
setelah lepas landas dari Addis Ababa, menewaskan 157 orang di dalamnya.
Beberapa
bulan sebelumnya, tepatnya Oktober 2018, pesawat jenis sama yang
digunakan dalam penerbangan Lion Air JT610 jatuh di Laut Jawa dan
menewaskan 189 penumpang dan awak yang dibawa.
Amerika Serikat dan Kanada memastikan bahwa mereka tak akan melarang penggunaan Boeing 737 MAX 8.
AS sendiri sudah menyatakan bahwa pesawat Boeing 737 MAX 8 layak
terbang. Namun, AS meminta Boeing untuk memodifikasi pesawat jenis
tersebut.
NEW DELHI
- Pemerintah India akan membangun sekitar 110 blast pen (tempat
perlindungan) jet tempur Angkatan Udara India, IAF, generasi berikutnya
yang dilindungi dekat perbatasan Pakistan dan China. Tempat perlindungan
itu akan digunakan untuk melindungi jet-jet tempur dari kehancuran
akibat pemboman dan serangan rudal di pangkalan-pangkalan udara.
Kantor
berita India, ANI melaporkan, mayoritas tempat perlindungan akan
menampung jet tempur Sukhoi buatan Rusia yang merupakan andalan IAF.
"Pemerintah
pusat telah menyelesaikan sebuah proyek untuk pembangunan sekitar 110
tempat penampungan yang keras yang juga dikenal sebagai blast pen yang
melindungi pesawat-pesawat tempur dari rudal musuh atau serangan bom,"
kutip Sputnik dari ANI yang menyitir sumber-sumber pemerintah, Rabu (13/3/2019).
Menurut
ANI, tempat perlindungan generasi berikutnya jet-jet tempur IAF akan
dibangun secara bertahap di pangkalan udara yang dekat dengan perbatasan
dengan China dan Pakistan.
Saat ini, IAF menyimpan Su-30MKI dan
jet tempur lainnya di "lini belakang" selama operasi di dekat perbatasan
Pakistan karena kurangnya tempat perlindungan. Karena kelemahan ini,
IAF harus menerbangkan jet MiG-21 saat menanggapi serangan Angkatan
Udara Pakistan pada 27 Februari karena jet tempur Sukhoi tidak siap
untuk digunakan.
Sebelumnya, selama perang dengan Pakistan pada
tahun 1965, IAF telah kehilangan beberapa jet tempurnya karena mereka
tanpa tempat perlindungan, tambah laporan itu.
CB, Beijing – Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi, menyebut Pakistan sebagai saudara yang kokoh atau ‘Iron Brother’ dan memintanya bekerja sama dengan India menurunkan eskalasi ketegangan.
“Cina
memainkan peran vital dalam meredakan konflik antara Islamabad dan New
Delhi, keduanya perlu bertemu untuk mendeeskalasi krisis,” kata Wang
saat jumpa pers di sela-sela Kongres Nasional Rakyat ke – 13 seperti
dilansir Sputnik News dan Samaa Tv pada Selasa, 12 Maret 2019.
Wang
mengatakan Cina berharap Pakistan dan India mau memulai dialog untuk
menyelesaikan perbedaan pendapat dan menciptakan kerja sama lebih baik
untuk masa depan.
“Cina berharap Pakistan dan India mau menggunakan krisis ini sebagai
kesempatan untuk saling bertemu. Kami menyarankan kedua negara untuk
segera membalik lembaran ini dan membangun hubungan fundamental jangka
panjang yang lebih baik,” kata Wang.
Wang juga menegaskan naga Cina dan gajah India tidak bakal bertempur karena keduanya bakal saling berdansa.
Komentar
Wang ini muncul beberapa hari setelah Wakil Menlu Cina, Kong Xuanyou,
mengunjungi Islamabad pada 6 Maret 2019. Kong menyatakan dukungan
Beijing kepada Paksitan untuk membangun perdamaian dan stabilitas di
wilayah ini. Beijing juga mengakui upaya Pakistan dalam menangani aksi
terorisme.
“Cina memperhatikan situasi saat ini antara Pakistan
dan India, dan mengapresiasi sikap Pakistan yang tenang dan
mengendalikan diri sejak awal, serta berupaya menurunkan temperatur
dengan India lewat dialog,” kata Kong saat mengunjungi Islamabad.
Cina
merupakan sekutu dekat Pakistan lewat investasi puluhan triliun dengan
membangun Koridor Ekonomi Cina dan Pakistan. Ini merupakan proyek
infrastruktur yang menghubungkan antara Provinsi Xinjiang dan Pelabuhan
Laut Arab di Kota Gwadar di Provinsi Balochistan.
Seperti dilansir Reuters,
hubungan Pakistan dan India sempat memanas pada Februari 2019 menyusul
terjadinya serangan bom terhadap pasukan paramliter India di Kashmir,
yang menewaskan sekitar 40 orang. India membalas dengan menyerang lokasi
yang disebutnya sebagai kamp pelatihan milisi Jaish-e-Mohammed di
perbukitan Kota Balakot, Pakistan.
Pakistan
membalas dengan menyerang target non-militer di wilayah Kashmir, yang
dikuasai India. Angkatan Udara Pakistan menyebut menembak dua jet tempur
MiG-21 Bison milik India, yang menyebabkan satu jet tempur jatuh di
wilayah Kashmir yang dikontrol Pakistan. Satu pilot ditahan dan telah
dikembalikan sebagai gestur perdamaian.
CB, Jakarta - Inkumben Perdana Menteri Narendra Modi diperkirakan meraup keuntungan dari ketegangan antara India
dengan Pakistan soal Kashmir dalam pemilu tahun ini. Pemilu India yang
dimulai pada 11 April mendatang akan menjadi pesta demokrasi terbesar di
dunia karena 900 juta warga India akan menggunakan hak pilih. Selain
itu. 15 juta di antaranya berusia 18 dan 19 tahun akan memberikan hak
pilihnya untuk pertama kali.
"Untuk
pertama kalinya saya akan memilih Narendra Modi, karena saya menyukai
apa yang telah ia lakukan terhadap Pakistan," kata Anjali Tivari ketika
ia menjemput putranya dari sekolah di Mumbai.
"Saya terkesan. Dia memberikan jawaban yang tepat untuk Pakistan," dikutip dari Reuters, Senin, 11 Maret 2019.
Ketua KPU Sunil Pemilu kepada wartawan mengatakan, pemilu akan
digelar selama satu bulan lebih karena ini merupakan pemilu terbesar.
Sampai
beberapa minggu lalu, lapangan pekerjaan langka dan turunnya harga
pertanian membuat popularitas Modi menjadi kurang baik. Namun dari hasil
jajak pendapat menunjukkan Partai BJP yang saat ini berkuasa memiliki
keuntungan yang jelas setelah kontak senjata terjadi antara angkatan
bersenjata India dengan Pakistan. Hal tersebut dikatakan memicu semangat
patriotik India.
Inkumben Perdana Menteri Narendra Modi
diperkirakan meraup keuntungan dari ketegangan India dengan Pakistan
soal Kashmir dalam pemilu kali ini
Alhasil,
sebanyak 543 kursi parlemen yang diperebutkan, 241 kursi di antaranya
bisa beralih ke aliansi yang berkuasa yakni Modi, dibandingkan dengan
141 kursi aliansi oposisi yang dipimpin partai Kongres.
Pada
survey yang dirilis pada Januari lalu sebelum ketegangan terjadi dengan
Pakistan menunjukkan, BJP tidak mampu meraup jumlah suara mayoritas.
Pada
pemilu 2014, BJP memenangkan 282 dari 543 kursi yang diperebutkan.Ini
merupakan pertunjukan terkuat dalam tiga dekade pemilu parpol.
Partai
oposisi utama, Kongres pada akhir tahun lalu mampu mengalahkan BJP di
tiga daerah pedesaan dan sedang mencoba untuk menyatukan partai-partai
tingkat regional dan berbasis kasta untuk menggulingkan Modi.
Partai
Kongres yang dikendalikan oleh dinasti Nehru-Gandhi, mengandalkan
kebencian pemilih untuk mendorong aliansi oposisi untuk mendapatkan
kemenangan dalam pemilu India April mendatang.